Kuman Tidak Mampu Melawan Madu
Ini merupakan judul sebuah artikel yang dimuat majalah Dis Lancet Infect edisi Februari 2003 yang ditulis oleh seorang Dr. Dixon, ia mengatakan, madu sangat kuat menguasai kuman. Sehingga tidak ada satu kuman pun yang sanggup berhadapan dengan madu.
Dr Dixon, merupakan seorang dari sekian banyak para ilmuwan yang diberi anugerah oleh Allah dapat mengkaji manfaat maju. Padahal, khasiat madu sudah diungkapkan oleh Sang Khalik melalui kitabnya: “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya, pada yang demikian itu, benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkannya.” (An-Nahl 69-69)
Yang menarik, penderita kencing manis, yang oleh para dokter diminta untuk tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang manis, termasuk madu. Karena, dianggap bisa menaikkan kadar gula dalam tubuh. Ternyata, menurut penelitian, anjuran itu tidak berlaku.
Madu, justru mampu menurunkan kadar gula di dalam darah orang yang terkena sakit gula. Beberapa penemuan membuktikan bahwa di dalam madu terdapat unsur oksidasi yang menjadi pengurai gula di dalam darah lebih mudah, yang tidak membuat kadar gula semakin bertambah tinggi. Madu yang kaya dengan vitamin B1, B5 dan G, justru sangat diperlukan bagi penderita kencing manis. Karena, madu mengandung sekitar 100 unsur berbeda yang dianggap sangat urgen bagi tubuh manusia, khususnya bagi penderita diabtesi tersebut.
Seorang filsuf dan penulis Yunani, Athenaeus, menyatakan bahwa siapa saja yang rajin mengonsumsi madu setiap hari akan bebas dari penyakit selama hidupnya. Dia tidak mengada-ada karena di dalam madu memang termuat rupa-rupa nutrisi yang unik dan potensial untuk memelihara kesehatan dan kecantikan. Madu memiliki kekuatan menyembuhkan yang hebat. Berbagai nutrisi yang dikandungnya telah lama dimanfaatkan untuk mengatasi luka bakar, menambah stamina, menaikkan gairah seksual, bahkan dapat mencegah kanker. Cairan berwarna keemasan ini pun merupakan perawat keindahan kulit yang bermutu.
Seorang ilmuwan dari Universitas Illinois di Urbana, Amerika Serikat, menulis dalam Journal of Apicultural Research bahwa khasiat masing-masing madu bisa saja berbeda, namun semua jenis madu pasti mengandung antioksidan, seperti vitamin E dan vitamin C, yang sama kadarnya. Antioksidan tersebut diyakini mampu mencegah terjadinya kanker, penyakit jantung, dan penyakit lainnya.
Secara lebih rinci Prof. DR. H. Muhilal, pakar gizi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor, menguraikan tentang kandungan gizi madu. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap sel-sel tubuh.
Asam amino bebas dalam madu mampu membantu penyembuhan penyakit, juga sebagai bahan pembentukan neurotransmitter atau senyawa yang berperan dalam mengoptimalkan fungsi otak. Madu juga mengandung zat antibiotik yang berguna untuk mengalahkan kuman patogen penyebab penyakit infeksi.
Karbohidrat madu termasuk tipe sederhana. Rata-rata komposisinya adalah 17,1 persen air; 82,4 persen karbohidrat total; 0,5 persen protein, asam amino, vitamin, dan mineral. Karbohidrat tersebut utamanya terdiri dari 38,5 persen fruktosa dan 31 persen glukosa. Sisanya, 12,9 persen karbohidrat yang terbuat dari maltose, sukrosa, dan gula lain. Sebagai karbohidrat, satu sendok makan madu dapat memasok energi sebanyak 64 kalori.
Berkat kekayaan zat gizinya, tak heran jika madu sejak zaman baheula digunakan sebagai obat. Bangsa Mesir kuno misalnya sudah memanfaatkan madu untuk mengobati luka bakar dan luka akibat benda tajam. Dalam penelitian ribuan tahun kemudian ditemukan sifat antiseptik ringan dan antimikrobial dari madu. Karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri itulah, madu mampu mempercepat penyembuhan luka.
“Sifat antibakteri dari madu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi antiinflamasinya dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan,” kata Dr. Peter
Molan dari University of Waikato, New Zealand, melalui situs kesehatan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit.
Sebuah studi terbaru menemukan kandungan antioksidan di dalam cairan mujarab tersebut. Itu artinya madu ampuh untuk menangkal radikal bebas. Kita tahu bahwa radikal bebas menjadi penyebab terjadinya berbagai penyakit yang sulit dikontrol, salah satunya kanker.
Temuan tersebut mendorong para peneliti untuk mencari tahu lebih jauh tentang zat-zat antikanker yang dikandung madu. Diharapkan berbagai penelitian terkini akan semakin mengukuhkan khasiat madu yang sangat potensial untuk menghentikan penyebaran penyakit ganas.
Reputasi madu untuk mengatasi gangguan pernapasan masih tetap diakui. Terutama untuk mengusir dahak atau cairan yang menyumbat saluran pernapasan. Masyarakat Yunani dan Romawi percaya khasiat madu sebagai dekongestan (pelega hidung saat pilek).
Madu juga memiliki sifat sedatif (penenang) yang ringan. Maka itu masyarakat tradisional sering membubuhkan madu pada segelas susu untuk diminum sebelum tidur. Minuman ini membuat mereka rileks dan bisa segera tidur nyenyak.
Hampir semua makanan manis akan merangsang otak untuk memproduksi endorfin atau pembunuh nyeri alami di dalam tubuh. Tak terkecuali rasa manis alami yang dihasilkan madu. Berkaitan dengan kadar fruktosanya yang tinggi, membuat madu mempunyai efek laksatif atau pencahar yang ringan.
Efek lain dari madu yang dipercaya sejak lama, yakni sebagai aprodisiak atau pembangkit gairah seksual. Istilah honeymoon (bulan madu) berasal dari tradisi kuno masyarakat Eropa Utara, ketika pasangan pengantin baru diharuskan mengonsumsi madu dan mead (minuman sejenis wine yang dibuat dari fermentasi madu) yang diyakini bersifat aprodisiak tadi.
Madu juga memiliki aktivitas sebagai disinfektan ringan, sehingga mampu menyembuhkan radang tenggorokan. Cairan manis ini juga bisa meningkatkan produksi saliva atau cairan ludah yang dapat membantu mengatasi tenggorokan yang kering atau teriritasi.
Para penyanyi opera pun gemar memanfaatkan madu untuk memelihara kondisi tenggorokan mereka, supaya tetap bisa melantunkan lagu-lagu merdu. Segelas air hangat dicampur lemon dan madu merupakan ramuan tradisional yang biasa digunakan untuk mengikis radang tenggorokan.
Jika Anda ingin awet muda, tetap segar dan bugar walau sudah berusia tua, selalu makan madu secara rutin. Demikian pesan pionir ilmu kedokteran modern sekaligus filsuf Islam, Dr. Ibnu Sina.
Kaum perempuan di Mesir, Yunani, dan Rusia memang sudah memanfaatkan
madu sejak lama untuk memelihara kecantikan kulit muka agar tetap cantik dan bersih. Juga untuk menghilangkan noda dan bintik-bintik hitam (hiperpigmentasi), serta mencegah keriput. Ramuan berupa 100 gram madu dicampur 25 ml alkohol dan 25 ml air bersih bisa dicoba untuk merawat keindahan kulit Anda.
Rasa madu sangat dipengaruhi oleh jenis bunga yang dikunjungi lebah untuk diambil nektarnya (bahan pembuat madu). Saat ini bisa dijumpai berbagai madu, seperti madu randu, madu klengkeng, madu asam, madu mangga, madu apel, madu ceri, madu jeruk, madu peer, dan banyak lagi.
Apabila bunga yang dihinggapi lebah memiliki zat-zat racun, kemungkinan besar madunya pun beracun. Lebah yang mengambil nektar dari bunga pohon rhododendron misalnya, bisa memproduksi madu beracun. Bila dikonsumsi, madu ini bisa menyebabkan kelumpuhan.
Beberapa tanaman, selain rhododendron, mengandung senyawa beracun dalam nektarnya, antara lain azalea, andromeda, agave, atropa, datura, euphorbia, kalmia, gelsemium, dan melaleuca. Madu beracun ini biasanya
merupakan madu liar.
Saat ini madu sudah banyak diproduksi yang tentunya mengembil
jenis-jenis tanaman yang selain tidak beracun juga bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu keunikan dari madu, meski memiliki rasa manis, tidak begitu berbahaya dibanding gula.
Meski efeknya ringan dalam menaikkan gula darah dibanding sumber karbohidrat lain, bagi diabetesi dianjurkan untuk tetap berkonsultasi ke dokter bila mengonsumsinya.
Manis alami madu telah digunakan di Inggris hingga pertengahan abad ke-17, untuk menambah nikmat rasa makanan dan minuman. Sayang kebiasaan ini kemudian berubah ketika orang mulai memproduksi gula. Butiran putih ini dianggap lebih berkelas dan hanya golongan berstatus sosial tinggilah yang mampu menjangkaunya.
Namun, di akhir abad ke-17 gula semakin meluas pemakaiannya, tak hanya terbatas pada kalangan atas. Keluarga kerajaan pun kembali pada kebiasaan semula, yakni menyantap roti yang diolesi madu berkualitas tinggi tentunya. Tak ada salahnya bila kita mencontoh gaya hidup ala Ratu Inggris, sarapan madu setiap hari.
Sumber :http://masbudi.blogsome.com/2006/06/05/kuman-tidak-mampu-melawan-madu/
Dr Dixon, merupakan seorang dari sekian banyak para ilmuwan yang diberi anugerah oleh Allah dapat mengkaji manfaat maju. Padahal, khasiat madu sudah diungkapkan oleh Sang Khalik melalui kitabnya: “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya, pada yang demikian itu, benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkannya.” (An-Nahl 69-69)
Yang menarik, penderita kencing manis, yang oleh para dokter diminta untuk tidak mengkonsumsi makanan atau minuman yang manis, termasuk madu. Karena, dianggap bisa menaikkan kadar gula dalam tubuh. Ternyata, menurut penelitian, anjuran itu tidak berlaku.
Madu, justru mampu menurunkan kadar gula di dalam darah orang yang terkena sakit gula. Beberapa penemuan membuktikan bahwa di dalam madu terdapat unsur oksidasi yang menjadi pengurai gula di dalam darah lebih mudah, yang tidak membuat kadar gula semakin bertambah tinggi. Madu yang kaya dengan vitamin B1, B5 dan G, justru sangat diperlukan bagi penderita kencing manis. Karena, madu mengandung sekitar 100 unsur berbeda yang dianggap sangat urgen bagi tubuh manusia, khususnya bagi penderita diabtesi tersebut.
Seorang filsuf dan penulis Yunani, Athenaeus, menyatakan bahwa siapa saja yang rajin mengonsumsi madu setiap hari akan bebas dari penyakit selama hidupnya. Dia tidak mengada-ada karena di dalam madu memang termuat rupa-rupa nutrisi yang unik dan potensial untuk memelihara kesehatan dan kecantikan. Madu memiliki kekuatan menyembuhkan yang hebat. Berbagai nutrisi yang dikandungnya telah lama dimanfaatkan untuk mengatasi luka bakar, menambah stamina, menaikkan gairah seksual, bahkan dapat mencegah kanker. Cairan berwarna keemasan ini pun merupakan perawat keindahan kulit yang bermutu.
Seorang ilmuwan dari Universitas Illinois di Urbana, Amerika Serikat, menulis dalam Journal of Apicultural Research bahwa khasiat masing-masing madu bisa saja berbeda, namun semua jenis madu pasti mengandung antioksidan, seperti vitamin E dan vitamin C, yang sama kadarnya. Antioksidan tersebut diyakini mampu mencegah terjadinya kanker, penyakit jantung, dan penyakit lainnya.
Secara lebih rinci Prof. DR. H. Muhilal, pakar gizi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor, menguraikan tentang kandungan gizi madu. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap sel-sel tubuh.
Asam amino bebas dalam madu mampu membantu penyembuhan penyakit, juga sebagai bahan pembentukan neurotransmitter atau senyawa yang berperan dalam mengoptimalkan fungsi otak. Madu juga mengandung zat antibiotik yang berguna untuk mengalahkan kuman patogen penyebab penyakit infeksi.
Karbohidrat madu termasuk tipe sederhana. Rata-rata komposisinya adalah 17,1 persen air; 82,4 persen karbohidrat total; 0,5 persen protein, asam amino, vitamin, dan mineral. Karbohidrat tersebut utamanya terdiri dari 38,5 persen fruktosa dan 31 persen glukosa. Sisanya, 12,9 persen karbohidrat yang terbuat dari maltose, sukrosa, dan gula lain. Sebagai karbohidrat, satu sendok makan madu dapat memasok energi sebanyak 64 kalori.
Berkat kekayaan zat gizinya, tak heran jika madu sejak zaman baheula digunakan sebagai obat. Bangsa Mesir kuno misalnya sudah memanfaatkan madu untuk mengobati luka bakar dan luka akibat benda tajam. Dalam penelitian ribuan tahun kemudian ditemukan sifat antiseptik ringan dan antimikrobial dari madu. Karena dapat menghambat pertumbuhan bakteri itulah, madu mampu mempercepat penyembuhan luka.
“Sifat antibakteri dari madu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi antiinflamasinya dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan,” kata Dr. Peter
Molan dari University of Waikato, New Zealand, melalui situs kesehatan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit.
Sebuah studi terbaru menemukan kandungan antioksidan di dalam cairan mujarab tersebut. Itu artinya madu ampuh untuk menangkal radikal bebas. Kita tahu bahwa radikal bebas menjadi penyebab terjadinya berbagai penyakit yang sulit dikontrol, salah satunya kanker.
Temuan tersebut mendorong para peneliti untuk mencari tahu lebih jauh tentang zat-zat antikanker yang dikandung madu. Diharapkan berbagai penelitian terkini akan semakin mengukuhkan khasiat madu yang sangat potensial untuk menghentikan penyebaran penyakit ganas.
Reputasi madu untuk mengatasi gangguan pernapasan masih tetap diakui. Terutama untuk mengusir dahak atau cairan yang menyumbat saluran pernapasan. Masyarakat Yunani dan Romawi percaya khasiat madu sebagai dekongestan (pelega hidung saat pilek).
Madu juga memiliki sifat sedatif (penenang) yang ringan. Maka itu masyarakat tradisional sering membubuhkan madu pada segelas susu untuk diminum sebelum tidur. Minuman ini membuat mereka rileks dan bisa segera tidur nyenyak.
Hampir semua makanan manis akan merangsang otak untuk memproduksi endorfin atau pembunuh nyeri alami di dalam tubuh. Tak terkecuali rasa manis alami yang dihasilkan madu. Berkaitan dengan kadar fruktosanya yang tinggi, membuat madu mempunyai efek laksatif atau pencahar yang ringan.
Efek lain dari madu yang dipercaya sejak lama, yakni sebagai aprodisiak atau pembangkit gairah seksual. Istilah honeymoon (bulan madu) berasal dari tradisi kuno masyarakat Eropa Utara, ketika pasangan pengantin baru diharuskan mengonsumsi madu dan mead (minuman sejenis wine yang dibuat dari fermentasi madu) yang diyakini bersifat aprodisiak tadi.
Madu juga memiliki aktivitas sebagai disinfektan ringan, sehingga mampu menyembuhkan radang tenggorokan. Cairan manis ini juga bisa meningkatkan produksi saliva atau cairan ludah yang dapat membantu mengatasi tenggorokan yang kering atau teriritasi.
Para penyanyi opera pun gemar memanfaatkan madu untuk memelihara kondisi tenggorokan mereka, supaya tetap bisa melantunkan lagu-lagu merdu. Segelas air hangat dicampur lemon dan madu merupakan ramuan tradisional yang biasa digunakan untuk mengikis radang tenggorokan.
Jika Anda ingin awet muda, tetap segar dan bugar walau sudah berusia tua, selalu makan madu secara rutin. Demikian pesan pionir ilmu kedokteran modern sekaligus filsuf Islam, Dr. Ibnu Sina.
Kaum perempuan di Mesir, Yunani, dan Rusia memang sudah memanfaatkan
madu sejak lama untuk memelihara kecantikan kulit muka agar tetap cantik dan bersih. Juga untuk menghilangkan noda dan bintik-bintik hitam (hiperpigmentasi), serta mencegah keriput. Ramuan berupa 100 gram madu dicampur 25 ml alkohol dan 25 ml air bersih bisa dicoba untuk merawat keindahan kulit Anda.
Rasa madu sangat dipengaruhi oleh jenis bunga yang dikunjungi lebah untuk diambil nektarnya (bahan pembuat madu). Saat ini bisa dijumpai berbagai madu, seperti madu randu, madu klengkeng, madu asam, madu mangga, madu apel, madu ceri, madu jeruk, madu peer, dan banyak lagi.
Apabila bunga yang dihinggapi lebah memiliki zat-zat racun, kemungkinan besar madunya pun beracun. Lebah yang mengambil nektar dari bunga pohon rhododendron misalnya, bisa memproduksi madu beracun. Bila dikonsumsi, madu ini bisa menyebabkan kelumpuhan.
Beberapa tanaman, selain rhododendron, mengandung senyawa beracun dalam nektarnya, antara lain azalea, andromeda, agave, atropa, datura, euphorbia, kalmia, gelsemium, dan melaleuca. Madu beracun ini biasanya
merupakan madu liar.
Saat ini madu sudah banyak diproduksi yang tentunya mengembil
jenis-jenis tanaman yang selain tidak beracun juga bermanfaat bagi kesehatan. Salah satu keunikan dari madu, meski memiliki rasa manis, tidak begitu berbahaya dibanding gula.
Meski efeknya ringan dalam menaikkan gula darah dibanding sumber karbohidrat lain, bagi diabetesi dianjurkan untuk tetap berkonsultasi ke dokter bila mengonsumsinya.
Manis alami madu telah digunakan di Inggris hingga pertengahan abad ke-17, untuk menambah nikmat rasa makanan dan minuman. Sayang kebiasaan ini kemudian berubah ketika orang mulai memproduksi gula. Butiran putih ini dianggap lebih berkelas dan hanya golongan berstatus sosial tinggilah yang mampu menjangkaunya.
Namun, di akhir abad ke-17 gula semakin meluas pemakaiannya, tak hanya terbatas pada kalangan atas. Keluarga kerajaan pun kembali pada kebiasaan semula, yakni menyantap roti yang diolesi madu berkualitas tinggi tentunya. Tak ada salahnya bila kita mencontoh gaya hidup ala Ratu Inggris, sarapan madu setiap hari.
Sumber :http://masbudi.blogsome.com/2006/06/05/kuman-tidak-mampu-melawan-madu/
MADU, SUMBER GIZI BALITA
Balita Anda susah makan? Sebelum menderita kurang gizi, beri dia madu setiap hari. Dari penelitian terbukti, madu bisa menambah nafsu makan, menurunkan tingkat morbiditas terhadap panas dan pilek, di samping itu lengkap kandungan gizinya.
Memberi makan anak-anak usia di bawah lima tahun (balita) memang gampang-gampang susah. Kalau si anak punya nafsu makan tinggi, orang tua tidak bakal repot. Diberi makan apa saja balita itu akan menyantapnya dengan lahap. Sebaliknya, anak balita yang bernafsu makan rendah atau susah makan, membuat orang tua sering kewalahan, bahkan hampir kehilangan akal untuk membujuknya makan.
Berbagai jenis makanan dicobakan. Reaksi si anak cuma membuang kembali makanan di mulutnya bila tidak sesuai kesukaannya. Celakanya, makanan kesukaannya justru kurang bergizi. Padahal, variasi makanan sangat perlu. Kalau keadaan ini berlanjut bisa-bisa si anak menderita kurang makan dan kurang gizi, sehingga mudah sakit. Akibat semua itu proses tumbuh kembangnya menjadi tidak normal. Yang paling merisaukan, bila ia menjadi bagian dari generasi tanpa masa depan (lost generation).
Meningkatkan nafsu makan
Untunglah ada hasil penelitian Y. Widodo. Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi di Bogor ini, tahun lalu membawa kabar gembira bagi para orang tua yang memiliki anak kurang energi protein (KEP). Ia melaporkan bahwa pemberian madu secara teratur setiap hari dapat menurunkan tingkat morbiditas (panas dan pilek) dan memperbaiki nafsu makan anak balita.
Penelitian dilakukan terhadap balita pasien Klinik Gizi, Puslitbang Gizi, yang menderita kurang energi protein (KEP) akibat krismon. Ada 51 balita usia 13 – 36 bulan yang terlibat dalam penelitian. Mereka dibagi menjadi dua kelompok, pertama Kelompok Madu (25 orang) sebagai sampel, dan kedua Kelompok Sirop (26 orang) sebagai kontrol. Kedua kelompok sama-sama diberi tambahan vitamin B-kompleks dan vitamin C (50 mg).
Indikator yang diamati antara lain data antropometri (umur, bobot badan, tinggi/panjang badan), sosial-ekonomi, recall konsumsi, riwayat kesehatan anak pada saat sebelum, selama, dan sesudah perlakuan sekitar dua bulan.
Hasil penelitian menunjukkan, tingkat morbiditas terhadap panas dan pilek kelompok madu atau sampel menurun, nafsu makan meningkat, porsi dan frekuensi makan bertambah, sehingga konsumsi energi dan protein mereka juga meningkat dibandingkan dengan kelompok kontrol yang mendapat sirop. Sebagian data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 1..
Manfaat kesehatan pemberian madu yang tampak dalam penelitian tersebut antara lain disebabkan oleh dua hal. Pertama, madu merupakan makanan yang mengandung aneka zat gizi sedangkan gula hanya mengandung energi atau kalori. Kedua, madu ternyata juga mengandung senyawa yang bersifat antibiotik.
Mengandung faktor pertumbuhan
Kandungan gizi utama madu adalah aneka senyawa karbohidrat seperti gula fruktosa (41,0%), glukosa (35%), sukrosa (1,9%), dan dekstrin (1,5%). Karbohidrat madu ikut menambah pasokan sebagian energi yang diperlukan balita.
Kadar protein dalam madu relatif kecil, sekitar 2,6%. Namun kandungan asam aminonya cukup beragam, baik asam amino esensial maupun non-esensial. Asam amino tersebut turut pula memasok sebagian keperluan protein tubuh balita.
Vitamin yang terdapat dalam madu antara lain vitamin B1, vitamin B2, B3, B6, dan vitamin C. Sementara mineral yang terkandung dalam madu antara lain kalium, natrium, kalsium, magnesium, besi, tembaga, fosfor, dan sulfur. Meskipun jumlahnya relatif sedikit, mineral madu merupakan sumber ideal bagi tubuh manusia karena imbangan dan jumlah mineral madu mendekati yang terdapat dalam darah manusia.
Penelitian menunjukkan, madu juga mengandung faktor pertumbuhan. Dilaporkan, stek batang pohon yang dicelupkan dalam madu akan lebih cepat berakar dan tumbuh lebih baik dibandingkan dengan stek yang ditanam tanpa perlakuan madu.
Perbandingan kadar zat gizi madu secara umum terhadap gula pasir dapat dilihat pada tabel 2.
Madu juga mengandung zat antibiotik. Kandungan ini merupakan salah satu keunikan madu. Penelitian Peter C. Molan (1992), peneliti dari Departement of Biological Sciences, University of Waikoto, di Hamilton, Selandia Baru membuktikan, madu mengandung zat antibiotik yang aktif melawan serangan berbagai patogen penyebab penyakit.
Beberapa penyakit infeksi berbagai patogen yang dapat “disembuhkan” dan dihambat dengan (minum) madu secara teratur antara lain penyakit lambung dan saluran pencernaan; penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), batuk dan demam; penyakit jantung, hati, dan paru; penyakit-penyakit yang dapat mengganggu mata, telinga, dan syaraf.
Berdasarkan hasil penelitian Kamaruddin (1997), peneliti dari Departement of Biochemistry, Faculty of Medicine, Universiti of Malaya, di Kualalumpur, paling tidak ada empat faktor yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri pada madu. Pertama, kadar gula madu yang tinggi akan menghambat pertumbuhan bakteri sehingga bakteri tersebut tidak dapat hidup dan berkembang.
Kedua, tingkat keasaman madu yang tinggi (pH 3.65) akan mengurangi pertumbuhan dan daya hidupnya sehingga bakteri tersebut merana atau mati. Ketiga, adanya senyawa radikal hidrogen peroksida yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme patogen. Dan faktor keempat, adanya senyawa organik yang bersifat antibakteri. Senyawa organik tersebut tipenya bermacam-macam. Yang telah teridentifikasi antara lain seperti polyphenol, flavonoid, dan glikosida.
Takaran minum madu
Untuk mendapatkan manfaat kesehatan dari madu, cairan manis yang menjadi cadangan makanan koloni lebah ini harus dikonsumsi secara teratur. Dalam penelitian Widodo tersebut balita sampel diberi madu sebanyak 20 gram setiap hari. Madu tersebut tidak dianjurkan untuk bayi usia 0 – 4 bulan, karena makanan pertama dan yang utama untuk mereka adalah air susu ibunya (ASI). Setelah usia 4 bulan baru boleh diberi madu seiring dengan pemberian makanan tambahan sesuai anjuran.
Menurut Muhilal, 2-3 sendok makan madu 2 X sehari sudah cukup memadai untuk menjaga stamina dan kesehatan tubuh. Namun untuk penyembuhan atau pengobatan, madu lebih baik dikonsumsi dalam bentuk larutan dalam air karena akan memudahkan penyerapannya di dalam tubuh. Madu tersebut sebaiknya dikonsumsi dua jam sebelum makan atau tiga jam sesudah makan.
Selain menambahkan madu pada menu makanan balita secara teratur, tentu saja berbagai upaya kesehatan lainnya seperti pengobatan medis, pemberian makanan tambahan, dan imunisasi umum, harus pula dilakukan. Upaya tersebut akan lebih mempercepat upaya pemulihan kesehatan dan perbaikan gizi balita, terutama yang susah makan, sehingga mereka terhidar kemungkinan menjadi generasi tanpa masa depan (Mohamad Harli, Sarjana Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, IPB)
Sumber :http://www.indomedia.com/intisari/2001/Mei/madu
Sumber :http://www.indomedia.com/intisari/2001/Mei/madu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar