Minggu, 23 Mei 2010

Awas buah hati Kena Diabetes,Resiko kehamilan pada wanita hamil diabetes ?

Awas buah hati Kena Diabetes,Resiko kehamilan pada wanita hamil diabetes ?


Awas buah hati Kena Diabetes,


Romi, 6 tahun, punya kebiasaan makan yang luar biasa. Dalam sehari ia terbiasa makan 4-7 kali. Itu pun masih ditambah senang ngemil cokelat, biskuit, permen, dan minuman sirop dalam kemasan. “Saya pusing memikirkan kebiasaan anak saya,” kata Tiwi, sang ibu.

Tiwi bertambah stres setelah Romi dibawa ke dokter. “Berdasarkan hasil pemeriksaan, kadar gula Romi tinggi, berisiko menderita diabetes melitus (DM),” suara Tiwi terdengar cemas. Tiwi memaparkan kisahnya di acara seminar diabetes melitus pada anak dalam rangka Hari Diabetes Sedunia di Jakarta pekan lalu (14 Nov 2009).

Dokter anak Astari Arindah lalu menanggapi kecemasan Tiwi. Menurut dokter cantik yang berpraktek di Rumah Sakit Rawamangun ini, gaya hidup tidak sehat dan tak seimbang memicu peningkatan jumlah pengidap diabetes melitus di Indonesia. “Dulu selalu dihubungkan dengan usia lanjut. Faktanya, sekarang menyerang anak-anak, remaja, dan usia dewasa,” kata alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Menurut Astari, diabetes melitus, yang oleh masyarakat umum disebut kencing manis, adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah.
Penyakit ini membutuhkan perhatian dan perawatan medis dalam waktu lama, baik untuk mencegah komplikasi maupun dalam perawatan sakit. Faktor risiko utamanya adalah pola makan yang tidak sehat, kegemukan, kurang aktivitas gerak, merokok, dan gaya hidup atau lifestyle.

Astari menuturkan, faktor lain pemicu tingginya angka penyakit ini pada usia dini lantaran anak-anak sekarang banyak makan makanan yang tidak sehat, mengandung tinggi gula, dan kurang bergerak atau berolahraga. Karena itu, ia menyarankan, orang tua memperhatikan kebiasaan makan serta aktivitas fisik anak di rumah dan sekolah.

Selain itu, orang tua mesti teliti memperhatikan perkembangan berat badan si anak. “Anak yang terindikasi menderita diabetes melitus biasanya sering cepat lapar dan haus, buang air kecil banyak, serta berat badannya tidak pernah naik.”
Melihat gejala tersebut, orang tua mesti sigap mengajak buah hatinya ke dokter untuk memeriksakan kadar gula darahnya. “Pada anak, kadar gula yang normal sama dengan dewasa, yakni 100-140 miligram/desiliter,” ucapnya.

Menurut Astari, saat ini peningkatan jumlah pengidap DM cukup tinggi. Dia mengutip data Departemen Kesehatan, sedikitnya ada 13 juta penduduk Indonesia mengidap diabetes melitus, dengan 5 persen di antaranya atau sekitar 650 ribu adalah anak-anak. Secara nasional, kenaikan jumlah penderita penyakit ini pada usia dini cukup tinggi.

Ia melanjutkan, saat ini angka kematian diabetes cukup tinggi. Di seluruh dunia, setiap menit rata-rata enam orang meninggal akibat komplikasi diabetes.
Sementara itu, Profesor dr Tjandra Yoga Aditama, Direktur Jenderal Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, dalam kesempatan berbeda mengatakan DM pada anak bisa menjadi ancaman serius bila tidak segera diantisipasi. Departemen Kesehatan sendiri dalam peringatan Hari Diabetes Sedunia melakukan berbagai acara seruan kampanye mencegah penyakit ini, dari seminar, sosialisasi, hingga jalan santai.

Tjandra menjelaskan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan strategi efektif, terintegrasi, berbasis masyarakat, dan bersinergi dengan banyak pihak untuk mengatasi diabetes melitus.

Di Indonesia sudah berjalan program pengendalian DM untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat penyakit ini.
“Pengendalian diabetes melitus lebih diprioritaskan pada pencegahan dini lewat upaya pencegahan faktor risiko melalui promotif dan preventif. Apalagi kini melanda anak-anak, harus disikapi serius,” ujarnya.




Sumber : TEMPO Interaktif



Resiko kehamilan pada wanita hamil diabetes ?



Wanita hamil yang mengidap diabetes menghadapi risiko bayi terlahir dalam kondisi cacat atau menderita kelainan. Kontrol kadar gula darah adalah kunci utama menjaga kehamilan tetap sehat dan aman.

Diabetes pada kehamilan dibedakan dua kategori, yaitu wanita yang sudah terkena diabetes sejak sebelum hamil maupun diabetes yang disebabkan kehamilan (diabetes gestasional). Ketika hamil, gula darah memang cenderung meningkat, tapi umumnya akan kembali normal setelah melahirkan.

Sebuah studi yang dilakukan peneliti asal Amerika dan Israel menyimpulkan bahwa wanita dengan diabetes gestasional berisiko lebih tinggi terkena kanker pankreas. Hal ini diduga terkait pelepasan sejumlah hormon tertentu dan peningkatan bobot badan selama kehamilan. Insulin sebagai pengatur kadar gula darah juga diproduksi di pankreas.

Dalam studi tersebut, tim peneliti menganalisis arsip kesehatan dari 40.000 wanita yang melahirkan dalam kurun waktu 1964-1976 di Yerusalem, Israel. Hasilnya, dari 410 wanita yang terdiagnosis diabetes gestasional, lima di antaranya menderita kanker pankreas.

Kepala peneliti dari Sekolah Kedokteran Universitas New York, Mary Perrin, mengemukakan, hasil temuan tersebut masih perlu dikembangkan lagi di kemudian hari. Namun, satu hal yang pasti, angka kasus diabetes gestasional terus meningkat sejalan naiknya epidemi obesitas alias kegemukan.

“Hal terpenting yang harus disadari adalah bahwa diabetes gestasional bisa saja menjadi pertanda awal risiko gangguan kesehatan lainnya seperti kanker pankreas,” katanya.

Sementara itu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika, pekan ini melansir studi terbaru yang melaporkan bahwa wanita hamil yang menyandang diabetes sejak sebelum hamil (pre-gestasional diabetes) berisiko 3-4 kali lebih tinggi memiliki bayi yang terlahir dengan kelainan atau kecacatan.

Studi yang dipublikasikan dalam American Journal of Obstetrics and Gynecology tersebut merupakan hasil penelitian terhadap data kesehatan dari 13.000 kasus kelahiran cacat di 10 negara bagian Amerika dalam kurun waktu 1997-2003. Sebagai pembanding adalah 5.000 data kelahiran sehat yang dipilih secara acak.

Hasilnya, sebanyak 93 persen kelahiran cacat memang tidak terkait diabetes. Namun, sekitar 2 persen bayi yang terlahir dengan satu kecacatan ternyata berasal dari wanita yang menyandang diabetes sejak sebelum hamil. Demikian halnya dengan 5 persen bayi yang lahir dengan lebih dari satu kecacatan. Sementara pada kelahiran sehat, persentase hamil dengan diabetes jauh lebih rendah.

Dalam studi tersebut, peneliti menganalisis lebih dari 40 tipe kecacatan pada bayi baru lahir, seperti kelainan bentuk jantung, tulang belakang, ginjal, hingga masalah pencernaan.

“Diabetes tidak pernah pandang bulu, termasuk dalam kaitannya dengan kelahiran cacat,” kata kepala tim peneliti, Dr Adolfo Correa.

Saat ini, kasus kelahiran cacat dialami sekitar 1 dari 33 kelahiran di Amerika, dengan angka kematian sekitar 20 persen. Sayangnya, penyebabnya secara jelas belum diketahui. Namun, faktor risiko seperti obesitas, konsumsi alkohol, merokok, dan infeksi disinyalir menjadi pemicunya.

Salah satu komplikasi yang terjadi pada bayi yang dilahirkan adalah mempunyai bobot diatas 4kg, seperti yang terjadi pada kasus bayi yang dilahirkan di Sumatera beberapa waktu yang lalu memiiki bobot 8,7kg, juga dilahirkan oleh seorang ibu yang diprediksi sebegai penyandang diabetes.




Sumber : cpddokter










Tidak ada komentar:

Posting Komentar