Minggu, 16 Desember 2012

NIKMAT DAN SIKSA KUBURAN DAN BIMBINGAN BAGI PENCARI GANJARAN DI BULAN MUHARROM YANG DIAGUNGKAN Bag.2


NIKMAT DAN SIKSA KUBURAN
DAN BIMBINGAN BAGI PENCARI GANJARAN
DI BULAN MUHARROM YANG DIAGUNGKAN
Bag.2


Pengantar:
Fadhilatusy Syaikh Abu Muhammad Abdul Hamid bin
Yahya Al Hajuriy Az Za’kariy
-Semoga Alloh memelihara beliau-
Disusun Oleh:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo
-semoga Alloh memaafkannya-
di Dammaj Yaman
-semoga Alloh menjaganya-
Judul asli:
“Itsbatu Na’imi Wa ‘Adzabil Qobr Wa Bayanu Ma Fi Shiyami
Syahrillahil Muharrom Minal Ajr”
Bab Empat: Di Antara Sebab Nikmat Kubur
Sebab pertama: iman kepada Alloh dan Rosul-Nya, dan realisasi dua kalimat syahadat
Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَأَمَّا الَّذِينَ فَسَقُوا فَمَأْوَاهُمُ النَّارُ كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا وَقِيلَ لَهُمْ ذُوقُوا عَذَابَ النَّارِ الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ﴾ [السجدة: 20]
“Dan adapun orang-orang yang fasiq (kafir) maka tempat mereka adalah Neraka. Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kalian mendustakannya.”
Al Imam Al Qurthubiy رحمه الله berkata: “Dan adapun orang-orang yang fasiq” yaitu keluar dari keimanan kepada kekufuran “maka tempat mereka adalah Neraka” yaitu tempat berdiam mereka adalah di dalam Neraka. “Setiap kali mereka hendak keluar darinya, mereka dikembalikan ke dalamnya” yaitu jika gejolak Neraka mendorong mereka ke atas Neraka, mereka dikembalikan lagi ke tempat mereka di dalamnya, karena mereka ingin sekali untuk keluar darinya.” (“Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an”/14/hal. 107).
Sampai kepada firman Alloh ta’ala:
﴿وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ﴾ [السجدة : 21].
“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian dari adzab yang dekat (di dunia) sebelum adzab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata: “Dan Al Baro bin ‘Azib, Mujahid, dan Abu Ubaidah berkata: Yang dimaksudkan adalah siksaan kubur.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/6/hal. 369).
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata: “Sekelompok ulama –di antaranya adalah Ibnu Abbas- telah berargumentasi dengan ayat ini tentang adanya siksaan kubur. Dan dalam argumentasi tersebut ada sesuatu karena ini adalah siksaan di dunia yang menyeru mereka untuk rujuk dari kekufuran, dan perkara ini tidak tersamarkan oleh Habrul Ummah (alimnya umat ini) dan penerjemah Al Qur’an (yaitu Ibnu Abbas), akan tetapi termasuk dari fiqih beliau tentang Al Qur’an dan mendalamnya pemahaman beliau tentang itu beliau memahami darinya sebagai siksaan kubur, karena Alloh Yang Mahasuci mengabarkan bahwasanya Dia punya dua siksaan untuk mereka: siksaan yang dekat, dan siksaan yang besar. Dia mengabarkan bahwasanya Dia merasakan kepada mereka sebagian dari adzab yang dekat mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar). Maka ini menunjukkan bahwasanya masih tersisa siksaan yang dekat untuk mereka yang dengannya mereka disiksa setelah siksaan dunia. Karena itulah Dia berfirman: “sebagian dari adzab yang dekat” dan tidak berfirman: “Dan pasti Kami akan merasakan kepada mereka adzab yang dekat”. Maka renungkanlah.” (“Ar Ruh”/hal. 132/cet. Darul Kutubil ‘Arobiy).
Al Imam As Sa’diy رحمه الله berkata: “Dan ayat ini adalah termasuk dari dalil-dalil penetapan adanya siksaan kubur. Dan penunjukannya itu jelas, karena sungguh Alloh berfirman: “sebagian dari adzab yang dekat” yaitu: sebagian darinya, maka ini menunjukkan bahwasanya di sana ada siksaan yang lebih dekat sebelum siksaan terbesar, yaitu siksaan Neraka.” (“Taisirul Karimir Rohman”/hal. 656).
Jika orang kafir disiksa di kuburannya. Maka mukmin itu diberi kenikmatan di situ. Dan dari Abu Huroiroh رضي الله yang berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : «إذا قبر أحدكم أو الإنسان أتاه ملكان أسودان أزرقان يقال لأحدهما : المنكر والآخر : النكير فيقولان له : ما كنت تقول في هذا الرجل محمد ؟ فهو قائل ما كان يقول، فإن كان مؤمنا قال : هو عبد الله ورسوله أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله. فيقولان له : إن كنا لنعلم إنك لتقول ذلك، ثم يفسح له في قبره سبعون ذراعا في سبعين ذراعا، وينور له فيه فيقال له : نم فينام كنومة العروس الذي لا يوقظه إلا أحب أهله إليه حتى يبعثه الله من مضجعه ذلك. وإن كان منافقا قال : لا أدري كنت أسمع الناس يقولون شيئا فكنت أقوله، فيقولان له: إن كنا لنعلم أنك تقول ذلك ثم يقال للأرض : التئمي عليه فتلتئم عليه حتى تختلف فيها أضلاعه، فلا يزال معذبا حتى يبعثه الله من مضجعه ذلك».
“Rosululloh shollallohi ‘alaih wasallam bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian dikubur dua malaikat berwarna hitam dan biru mendatanginya, yang satu bernama Munkar, yang lain bernama: Nakir. Keduanya berkata padanya: “Apa yang dulu engkau katakan tentang orang ini, Muhammad?” Maka dia mengucapkan apa yang dulu biasa dia lakukan, jika dia itu adalah orang mukmin, dia berkata: “Beliau adalah hamba Alloh dan utusan-Nya. Saya bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang benar selain Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Alloh dan utusan-Nya.” Maka keduanya berkata kepadanya: “Sesungguhnya kami benar-benar mengetahui bahwasanya engkau memang mengatakan itu.” Lalu dilapangkanlah untuknya di kuburannya seluas tujuh puluh hasta kali tujuh puluh hasta, dan diterangilah untuknya di situ, lalu dikatakan padanya: “Tidurlah seperti tidurnya pengantin yang tidaklah membangunkannya kecuali keluarga yang paling dicintainya. Sampai Alloh membangkitkannya dari tempat pembaringannya itu.”
Dan jika si mayit itu munafiq, dia akan berkata: “Saya tidak tahu, dulu saya mendengar orang-orang mengucapkan sesuatu maka sayapun mengucapkannya.” Maka keduanya berkata kepadanya: “Sesungguhnya kami benar-benar mengetahui bahwasanya engkau memang mengatakan itu.” Lalu dikatakan pada bumi: “Mengatuplah terhadapnya.” Maka bumi mengatup terhadapnya sehingga tulang-tulang rusuknya berselisih di dalamnya. Terus-menerus dia disiksa sampai Alloh membangkitkannya dari tempat pembaringannya itu.” (HR. Ibnu Hibban (3117), sanadnya shohih).
Sebab kedua: mati syahid
Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ الله أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ﴾ [آل عمران : 169].
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezki.”
Ini terang sekali berbicara tentang kenikmatan kubur bagi para syuhada. Dari Musruq رحمه الله yang berkata:
سألنا عبد الله –يعني ابن مسعود- عن هذه الآية: ﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ الله أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ﴾ قال: أما إنا قد سألنا عن ذلك فقال: «أرواحهم في جوف طير خضر لها قناديل معلقة بالعرش تسرح من الجنة حيث شاءت ثم تأوي إلى تلك القناديل فاطلع إليهم ربهم اطلاعة فقال: هل تشتهون شيئا قالوا: أي شيء نشتهى ونحن نسرح من الجنة حيث شئنا. ففعل ذلك بهم ثلاث مرات فلما رأوا أنهم لن يتركوا من أن يسألوا قالوا: يا رب، نريد أن تردّ أرواحنا في أجسادنا حتى نقتل في سبيلك مرة أخرى. فلما رأى أن ليس لهم حاجة تركوا».
“Kami bertanya kepada Abdulloh –yakni: Ibnu Mas’ud- tentang ayat ini: “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezki.” Maka beliau menjawab: “Sesungguhnya kami telah menanyakan tentang itu maka beliau –Nabi صلى الله عليه وسلم -menjawab: “Ruh-ruh mereka ada di perut burung-burung hijau yang memiliki sarang yang tergantung di bawah ‘Arsy, makan dari makanan Jannah sekehendaknya, kemudian dia hinggap di sarang-sarang tadi. Lalu Robb mereka melihat kepada mereka seraya berfirman: “Apakah kalian menginginkan sesuatu?” Mereka menjawab: “Apa lagi yang kami inginkan sementara kami makan dari makanan Jannah sekehendak kami?” Robb mereka melakukan itu terhadap mereka sebanyak tiga kali. Manakala mereka berpandangan bahwasanya mereka tak akan ditinggalkan untuk meminta, merekapun berkata: “Wahai Robb kami, kami ingin Engkau mengembalikan ruh-ruh kami ke jasad-jasad kami hingga kami berperang lagi di jalan-Mu.” Manakala Alloh melihat bahwasanya mereka tak punya kebutuhan, merekapun ditinggalkan.” (HR. Muslim/no. 1887/cet. Darul Kitabil Arobiy).
Abul Hasan Al Asy’ariy رحمه الله berkata: “Dan Alloh ta’ala mengabarkan bahwasanya para syuhada di dunia([1]) mendapatkan rizqiy dan bergembira dengan karunia Alloh ta’ala. Alloh ta’ala berfirman:
﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ الله أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ * فرحين بما آتاهم الله من فضله ويستبشرون بالذين لم يلحقوا بهم من خلفهم ألا خوف عليهم ولا هم يحزنون﴾. ]آل عمران: 169 – 170 [
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bersenang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
Dan ini tidak terjadi kecuali di dunia, karena orang-orang yang belum menyusul mereka itu masih hidup dan belum mati dan belum terbunuh." ("Al Ibanah"/hal. 176-177/cet. Maktabah Shon'a).
Dan dari Anas رضي الله عنه yang berkata:
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم تعجبه الرؤيا الحسنة، فربما قال: «هل رأى أحد منكم رؤيا؟» فإذا رأى الرجل رؤيا سأل عنه، فإن كان ليس به بأس كان أعجب لرؤياه إليه. قال: فجاءت امرأة فقالت: يا رسول الله رأيت كأني دخلت الجنة، فسمعت بها وجبة ارتجت لها الجنة، فنظرت فإذا قد جيء بفلان بن فلان، وفلان بن فلان، حتى عدت اثني عشر رجلا وقد بعث رسول الله صلى الله عليه و سلم سرية قبل ذلك. قالت: فجيء بهم عليهم ثياب طلس تشخب أوداجهم. قال: فقيل اذهبوا بهم إلى نهر السدخ -أو قال: إلى نهر البيدج- قال: فغمسوا فيه فخرجوا منه وجوههم كالقمر ليلة البدر. قال: ثم أتوا بكراسي من ذهب فقعدوا عليها، وأتي بصحفة -أو كلمة نحوها- فيها بسرة، فأكلوا منها، فما يقلبونها لشق إلا أكلوا من فاكهة ما أرادوا، وأكلتُ معهم. قال: فجاء البشير من تلك السرية فقال: يا رسول الله، كان من أمرنا كذا وكذا، وأصيب فلان، وفلان، حتى عد الاثني عشر الذين عدتهم المرأة. قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: «عليّ بالمرأة». فجاءت. قال: «قصّي على هذا رؤياك».فقصّت. قال: هو كما قالت لرسول الله صلى الله عليه و سلم. (أخرجه الإمام أحمد (12408) بسند صحيح).
"Dulu Rosululloh صلى الله عليه وسلم merasa kagum dengan mimpi yang bagus. Terkadang beliau bertanya: "Adakah salah seorang dari kalian melihat suatu mimpi?" jika ada seseorang bermimpi, beliau menanyainya. Jika ternyata mimpinya itu baik, maka beliau merasa kagum dengannya. Lalu datanglah seorang wanita seraya berkata: "Wahai Rosululloh, saya bermimpi seakan-akan saya masuk di Jannah, kemudian saya mendengar suara jatuh di dalam Jannah, dan Jannah bergetar karenanya. Maka saya melihat, ternyata telah didatangkan si fulan bin Fulan, Fulan bin Fulan –dia menghitung sampai dua belas orang yang diutus Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersama pasukan perang sebelum itu- mereka didatangnya dengan memakai baju kotor dan urat-urat lehernya mengalirkan darah. Lalu dikatakan: "Bawalah mereka ke sungai Sadkh –atau berkata: sungai Baidaj-." Lalu mereka dicelupkan ke dalamnya, kemudian mereka keluar dari sungai itu, wajah mereka bagaikan bulan purnama. Kemudian didatangkanlah pada mereka kursi-kursi dari emas, lalu mereka duduk di atasnya. Kemudian didatangkan nampan –atau kalimat semisal itu- di dalamnya ada busr (buah korma yang belum matang), lalu mereka makan darinya. Tidaklah mereka menghadap ke suatu arah kecuali mereka makan dari buah-buahan yang mereka inginkan. Dan saya juga ikut makan bersama mereka."
kemudian datanglah pembawa berita gembira dari pasukan tadi seraya berkata: "Wahai Rosululloh, kejadian yang kami alami adalah demikian dan demikian, dan yang terbunuh dari kami adalah si fulan bin Fulan, Fulan bin Fulan." Dia menghitung sampai dua belas orang yang disebutkan oleh wanita tadi. Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda: "Bawalah kepadaku wanita tadi." Maka wanita tadi datang. Beliau bersabda padanya: "Ceritakanlah mimpimu pada orang ini." Maka wanita itu bercerita, sebagaimana yang dikatakannya kepada Rosululloh صلى الله عليه وسلم ." (HR. Al Imam Ahmad (12408) dengan sanad yang shohih).
Berikut ini adalah kisah nyata yang mengagumkan:
Al Hakim An Naisaburiy رحمه الله berkata: "Aku mendengar Abu Zakariya Yahya bin Muhammad Al 'Anbariy([2]) berkata: Aku mendengar Abul ‘Abbas ‘Isa bin Muhammad Ath Thohmaniy Al Marwaziy([3]) berkata:
إن الله سبحانه وتعالى يظهر إذا شاء ما شاء من الآيات والعبر في بريته فيزيد الإسلام بها عزا وقوة، ويؤيد ما أنزل من الهدى والبينات، وينشر أعلام النبوة، ويوضح دلائل الرسالة، ويوثق عرى الإسلام، ويثبت حقائق الإيمان منا منه على أوليائه وزيادة في البرهان بهم، وحجة على من عند عن طاعته وألحد في دينه: ﴿ليهلك من هلك عن بينة ويحيى من حي عن بينة﴾ فله الحمد لا إله إلا هو ذو الحجة البالغة، والعز القاهر، والطول الباهر. وصلى الله على سيدنا محمد نبي الرحمة ورسول الهدى وعليه وعلى آله الطاهرين السلام ورحمة الله وبركاته.
وإن مما أدركناه عيانا وشاهدناه في زماننا وأحطنا علما به فزادنا يقينا في ديننا وتصديقا لما جاء به نبينا محمد ودعا إليه من الحق فرغَّب فيه من الجهاد من فضيلة الشهداء وبلغ عن الله عز وجل فيهم إذ يقول جل ثناؤه: ﴿ولا تحسبن الذين قتلوا في سبيل الله أمواتا بل أحياء عند ربهم يرزقون فرحين﴾ أني وردت في سنة ثمان وثلاثين ومائتين مدينة من مدائن “خوارزم” تدعى “هزاراسب” وهي في غربي وادي “جيحون” ومنها إلى المدينة العظمى مسافة نصف يوم فخبرت أن بها امرأة من نساء الشهداء رأت رؤيا كأنها أطعمت في منامها شيئا، فهي لا تأكل شيئا ولا تشرب شيئا منذ عهد أبي العباس بن طاهر والي “خراسان” وكان توفي قبل ذلك بثمان سنين رضي الله عنه ثم مررت بتلك المدينة سنة اثنتين وأربعين ومائتين فرأيتها وحدثتني بحديثها، فلم أستقص عليها لحداثة سني ثم إني عدت إلى خوارزم في آخر سنة اثنتين وخمسين ومائتين فرأيتها باقية ووجدت حديثها شائعا مستفيضا. وهذه المدينة على مدرجة القوافل، وكان الكثير ممن نزلها إذا بلغهم قصتها أحبوا أن ينظروا إليها، فلا يسألون عنها رجلا ولا امرأة ولا غلاما إلا عرفها ودل عليها.
فلما وافيت الناحية طلبتها فوجدتها غائبة على عدة فراسخ، فمضيت في أثرها من قرية إلى قرية فأدركتها بين قريتين تمشي مشية قوية، وإذا هي امرأة نصف جيدة القامة حسنة البدن ظاهرة الدم متوردة الخدين ذكية الفؤاد فسايرتني وأنا راكب، فعرضت عليها مركبا فلم تركبه، وأقبلت تمشي معي بقوة، وحضر مجلسي قوم من التجار والدهاقين، وفيهم فقيه يسمى محمد بن حمدويه الحارثي، وقد كتب عنه موسى بن هارون البزار بمكة، وكمل له عبادة ورواية للحديث، وشاب حسن يسمى عبد الله بن عبد الرحمن، وكان يخلف أصحاب المظالم بناحيته، فسألتهم عنها، فأحسنوا الثناء عليها، وقالوا عنها خيرا، وقالوا: (إن أمرها ظاهر عندنا فليس فيها من يختلف فيها). قال المسمى عبد الله بن عبد الرحمن: (أنا أسمع حديثها منذ أيام الحداثة ونشأت والناس يتفاوضون في خبرها، وقد فرغت بالي لها، وشغلت نفسي للاستقصاء عليها، فلم أر إلا سترا وعفافا، ولم أعثر منها على كذب في دعواها، ولا حيلة في التلبيس). وذكر أن من كان يلي خوارزم من العمال كانوا فيما خلا يستخصونها، ويحضرونها الشهر والشهرين والأكثر في بيت يغلقونه عليها، ويوكلون بها من يراعيها، فلا يرونها تأكل ولا تشرب ولا يجدون لها أثر بول ولا غائط، فيبرّونها ويكسونها ويخلون سبيلها.
فلما تواطأ أهل الناحية على تصديقها استقصصتها عن حديثها وسألتها عن اسمها وشأنها كله، فذكرت أن اسمها: “رحمة بنت إبراهيم” وأنه كان لها زوج نجار فقير، معيشته من عمل يده، يأتيه رزقه يوما ويوما، لا فضل في كسبه عن قوت أهله، وأنها ولدت منه عدة أولاد، وجاء “الأقطع” ملك الترك إلى القرية فعبر الوادي عند جموده إلينا في زهاء ثلاثة آلاف فارس وأهل خوارزم يدعونه “كسرة”.
وقال أبو العباس: و”الأقطع” هذا فإنه كان كافرا عاتيا شديد العداوة للمسلمين، قد أثر على أهل الثُغور وألحّ على أهل خوارزم بالسبي والقتل والغارات، وكانت ولاة خراسان يتألفونه وأنسابه من عظماء الأعاجم ليكفوا غارتهم عن الرعية، ويحقنوا دماء المسلمين، فيبعثون إلى كل واحد منهم بأموال وألطاف كثيرة وأنواع من فاخر الثياب، وأن هذا الكافر انساب في بعض السنين على السلطان، ولا أدري لم ذاك أستبطأ المبار عن وقتها أم استقل ما بعث إليه في جنب ما بعث إلى نظرائه من ملوك الجريجية والثغرغدية.
فأقبل في جنوده وتورد الثغر واستعرض الطرق فعاث وأفسد وقتل ومثل فعجزت عنه خيول خوارزم. وبلغ خبره أبا العباس عبد الله بن طاهر رحمه الله فأنهض إليهم أربعة من القواد: طاهر بن إبراهيم بن مدرك، ويعقوب بن منصور بن طلحة، وميكال مولى طاهر، وهارون القباض، وشحن البلد بالعساكر والأسلحة ورتبهم في أرباع البلد كل في ربع فحموا الحريم بإذن الله تعالى، ثم إن وادي جيحون وهو الذي في نهر بلخ جمد لما اشتد البرد وهو واد عظيم شديد الطغيان كثير الآفات. وإذا امتد كان عرضه نحوا من فرسخ وإذا جمد انطبق فلم يوصل منه إلى شيء حتى يحفر فيه كما تحفر الآبار في الصخور وقد رأيت كثيف الجمد عشرة أشبار وأخبرت أنه كان فيما مضى يزيد على عشرين شبرا، وإذا هو انطبق صار الجمد جسرا لأهل البلد تسير عليه العساكر والعجل والقوافل، فينطم ما بين الشاطئين، وربما دام الجمد مائة وعشرين يوما وإذا قل البرد في عام بقي سبعين يوما إلى نحو ثلاثة أشهر.
قالت المرأة: فعبر الكافر في خيله إلى باب الحصن وقد تحصن الناس وضموا أمتعتهم فضجوا بالمسلمين وخربوهم فحصر من ذلك أهل الناحية وأرادوا الخروج فمنعهم العامل دون أن تتوافى عساكر السلطان وتتلاحق المطوعة فشد طائفة من شبان الناس وأحداثهم فتقاربوا من السور بما أطاقوا حمله من السلاح وحملوا على الكفرة فتهارج الكفرة واستجروهم من بين الأبنية والحيطان فلما أصحروا كر الترك عليهم وصار المسلمون في مثل الحرجة فتخلصوا واتخذوا دارة يحاربون من ورائها وانقطع ما بينهم وبين الخصم وبعدت المؤنة عنهم فحاربوا كأشد حرب وثبتوا حتى تقطعت الأوتار والقسي وأدركهم التعب ومسهم الجوع والعطش وقتل عامتهم وأثخن الباقون بالجراحات ولما جن عليهم الليل تحاجز الفريقان.
قالت المرأة: ورفعت النار على المناظر ساعة عبور الكافر فاتصلت بالجرجانية وهي مدينة عظيمة في قاصية خوارزم وكان ميكال مولى طاهر من أبياتها في عسكر فحث في الطلب هيبة للأمير أبي العباس عبد الله بن طاهر رحمه الله وركض إلى هزاراسب في يوم وليلة أربعين فرسخا بفراسخ خوارزم وفيها فضل كثير على فراسخ خراسان وعد الترك الفراغ من أمر أولئك النفر فبينما هم كذلك إذ ارتفعت لهم الأعلام السود وسمعوا أصوات الطبول فأفرجوا عن القوم ووافى ميكال موضع المعركة فوارى القتلى وحمل الجرحى.      قالت المرأة: وأدخل الحصن علينا عشية ذلك أربعمائة جنازة فلم تبق دار إلا حمل إليها قتيل وعمت المصيبة وارتجَت الناحية بالبكاء.
قالت: ووضع زوجي بين يدي قتيلا فأدركني من الجزع والهلع عليه ما يدرك المرأة الشابة على زوج أبي الأولاد وكانت لنا عيال.
قالت: فاجتمع النساء من قراباتي والجيران يسعدنني على البكاء وجاء الصبيان وهم أطفال لا يعقلون من الأمر شيئا، يطلبون الخبز، وليس عندي ما أعطيهم فضقت صدرا بأمري، ثم إني سمعت أذان المغرب ففزعت إلى الصلاة، فصليت ما قضى لي ربي، ثم سجدت أدعو وأتضرع إلى الله وأسأله الصبر بأن يجبر يتم صبياني.
قالت: فذهب بي النوم في سجودي فرأيت في منامي كأني في أرض حسناء ذات حجارة، وأنا أطلب زوجي، فناداني رجل إلى أين أيتها الحرة؟ قلت: أطلب زوجي. فقال: خذي ذات اليمين. قالت: فأخذت ذات اليمين، فرفع لي أرض سهلة طيبة الري، ظاهرة العشب، وإذا قصور وأبنية لا أحفظ أن أصفها أو لم أر مثلها، وإذا أنهار تجري على وجه الأرض عبر أخاديد ليست لها حافات، فانتهيت إلى قوم جلوس حلقا حلقا عليهم ثياب خضر قد علاهم النور، فإذا هم الذين قتلوا في المعركة يأكلون على موائد بين أيديهم، فجعلت أتخللهم وأتصفح وجوههم أبغي زوجي لكي ينظرني، فناداني: يا رحمة يا رحمة، فيممت الصوت، فإذا أنا به في مثل حال من رأيت من الشهداء، وجهه مثل القمر ليلة البدر وهو يأكل مع رفقة له قتلوا يومئذ معه، فقال لأصحابه: إن هذه البائسة جائعة منذ اليوم أفتأذنون لي أن أناولها شيئا تأكله؟ فأذنوا له، فناولني كسرة خبز. قالت: وأنا أعلم حينئذ أنه خبز ولكن لا أدري كيف يخبز؟ هو أشد بياضا من الثلج واللبن وأحلى من العسل والسكر وألين من الزبد والسمن. فأكلته فلما استقر في جوفي قال: اذهبي كفاك الله مؤنة الطعام والشراب ما حييت الدنيا.
فانتبهت من نومي شبعى ريا، لا أحتاج إلى طعام ولا شراب. وما ذقتهما منذ ذلك اليوم إلى يومي هذا، ولا شيئا يأكله الناس. قال أبو العباس: وكانت تحضرنا وكنا نأكل فتتنحى وتأخذ على أنفها تزعم أنها تتأذى من رائحة الطعام. فسألتها هل تتغذى بشيء أو تشرب شيئا غير الماء؟ فقالت: لا.
فسألتها هل يخرج منها ريح أو أذى كما يخرج من الناس؟ فقالت: لا عهد لي بالأذى منذ ذلك الزمان. قلت: والحيض؟ و أظنها قالت: انقطع بانقطاع الطعم.
قلت: فهل تحتاجين حاجة النساء إلى الرجال؟ قالت: أما تستحيي مني تسألني عن مثل هذا؟ قلت: إني لعلي أحدثُ الناس عنك، ولا بد أن أستقصي. قالت: لا أحتاج.
قلت: فتنامين؟ قالت: نعم أطيب نوم. قلت: فما ترين في منامك؟ قالت: مثل ما ترون. قلت: فتجدين لفقد الطعام وهناً في نفسك؟ قالت: ما أحسست بجوع منذ طعمت ذلك الطعام.
وكانت تقبل الصدقة. فقلت لها: ما تصنعين بها؟ قالت: أكتسي وأكسو ولدي. قلت: فهل تجدين البرد وتتأذين بالحر؟ قالت: نعم. قلت: فهل تدرين كلل اللغوب والإعياء إذا مشيت؟ قالت: نعم. ألست من البشر؟ قلت: فتتوضئين للصلاة؟ قالت: نعم. قلت: لم؟ قالت: أمرني بذلك الفقهاء. فقلت: إنهم أفتوها على حديث: «لا وضوء إلا من حدث أو نوم».
وذكرت لي أن بطنها لاصق بظهرها. فأمرت امرأة من نسائنا فنظرت فإذا بطنها كما وصفت، وإذا قد اتخذت كيسا فضمت القطن وشدته على بطنها كي لا ينقصف ظهرها إذا مشت. ثم لم أزل أختلف إلى هزاراسب بين السنتين والثلاث، فتحضرني فأعيد مسألتها، فلا تزيد ولا تنقص. وعرضت كلامها على عبد الله بن عبد الرحمن الفقيه، فقال: أنا أسمع هذا الكلام منذ نشأت، فلا أجد من يدفعه أو يزعم أنه سمع أنها تأكل أو تشرب أو تتغوط.


“Sesungguhnya Alloh Yang Mahasuci dan Mahatinggi akan menampakkan sebagian dari ayat-ayat dan pelajaran jika Dia menghendakinya pada para makhluknya sehingga dengan itu menambah kemuliaan dan kekuatan Islam, dan mendukung petunjuk dan keterangan terhadap apa yang diturunkan-Nya, menyebarkan alamat-alamat kebenaran kenabian, dan memperjelas penunjukan kebenaran risalah, dan mengokohkan simpul Islam, dan mengokohkan hakikat keimanan kita dari-Nya terhadap para wali-Nya, dan tambahan bukti tentang mereka, dan argumentasi yang membantah orang yang membangkang terhadap ketaatan kepada-Nya dan menyeleweng dalam agama-Nya:
﴿ليهلك من هلك عن بينة ويحيى من حي عن بينة﴾
“Agar orang yang binasa itu binasa di atas bayyinah, dan agar orang yang hidup itu hidup di atas bayyinah.”
Maka hanya milik Alloh sajalah pujian, tiada sesembahan yang benar kecuali Dia, Yang memiliki argumentasi yang kokoh, keperkasaan yang unggul, dan karunia yang mencengangkan. Dan semoga sholawat dari Alloh tercurah kepada tuan kita Muhammad, Nabi pembawa rohmat, dan Rosul pembawa petunjuk, dan semoga salam, rohmat dan barokah Alloh tercurah kepada beliau dan kepada keluarga beliau yang suci.
Dan sesungguhnya termasuk dari kejadian yang kami dapati dengan mata kepala kami, dan kami saksikan di zaman kami, dan kami mengetahuinya, sehingga kami bertambah yakin tentang agama kami dan bertambah membenarkan apa yang dibawa oleh Nabi kami Muhammad dan kebenaran yang beliau dakwahkan, sehingga beliau menyemangati untuk berjihad dengan menampilkan keutamaan para syuhada, dan beliau menyampaikan berita dari Alloh عز وجل tentang mereka, karena Alloh Yang Agung pujian-Nya berfirman:
﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ الله أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ فرحين﴾ [آل عمران : 169].
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezki dalam keadaan bergembira.”
Dan sungguh aku datang pada tahun dua ratus tiga puluh delapan (238 H) ke salah satu dari kota-kota “Khowarizm” yang dipanggil dengan kota “Hawarosib”. Kota ini ada di sebelah barat lembah “Jaihun” jarak dari kota itu ke ibukota adalah perjalanan setengah hari.
Aku dikabari bahwasanya di kota itu ada seorang wanita dari kalangan istri syuhada, dia melihat dalam mimpinya seakan-akan dia diberi suatu makanan di dalam mimpinya, padahal dia tidak memakan sesuatu dan tidak meminum sesuatu sejak zaman Abul ‘Abbas bin Thohir, walikota “Khurosan”. Walikota ini telah meninggal delapan tahun yang lalu. Semoga Alloh meridhoinya.
Kemudian aku melewati kota itu pada tahun dua ratus empat puluh dua (242 H), maka aku melihat wanita ini, dan dia menceritakan kisah itu padaku. Aku tidak menyelidiki wanita itu karena usiaku masih muda. Kemudian aku kembali ke “Khowarizm” pada akhir tahun dua ratus lima puluh dua, maka aku melihat wanita ini masih hidup, dan aku dapati kisah dia telah tersebar dan terkenal. Kota ini dilewati oleh para pengendara, dan kebanyakan orang yang singgah di situ jika sampai kepada mereka berita itu mereka senang untuk melihat kepada wanita tadi. Dan tidaklah mereka bertanya tentang wanita ini kepada pria ataupun wanita ataupun anak-anak kecuali orang itu tahu tentang wanita ini dan menunjukkannya kepadanya.
Manakala aku sampai di suatu sudut kota, aku mencari wanita ini, ternyata aku dapati dia menghilang sampai sekian farsakh([4]) maka aku berjalan menyusuri jejaknya dari satu desa ke desa lain, lalu aku mendapatinya sedang berjalan cepat di antara dua desa. Ternyata dia adalah wanita setengah baya, badannya tegak bagus, kelihatan warna darahnya dari balik kulitnya, kedua pipinya agak gembung, cerdas. Dia berjalan mengiringiku dalam keadaan aku di atas kendaraan. Aku telah menawarinya kendaraan tapi dia tidak mau. Dia berjalan mengiringiku dengan kuatnya.
Yang hadir di majlisku adalah orang-orang dari para pedagang, tuan tanah, di kalangan hadirin ada juga seorang ahli fiqih yang bernama Muhammad bin Hamdawaih Al Haritsiy. Musa bin Harun Al Bazzar telah mengambil ilmu darinya di Makkah. Telah lengkap pada dirinya ibadah dan periwayatan hadits. Hadir juga anak muda yang baik yang bernama Abdulloh bin Abdirrohman. Dia sering menggantikan para pengurus kriminalitas di wilayahnya.
Maka aku menanyai mereka tentang wanita ini, maka mereka memujinya dan berbicara yang baik-baik tentangnya. Mereka berkata: “Perkara wanita ini telah jelas bagi kami. Tiada seorangpun yang berselisih tentangnya.” Yang namanya Abdulloh bin Abdurrohman berkata: “Saya mendengar kisahnya sejak saya masih remaja. Saya tumbuh dalam keadaan orang-orang menyebarluaskan beritanya. Benak saya penuh dengan kisah wanita itu. Jiwa saya sibuk untuk menyelidikinya, ternyata saya tidak mendapatinya kecuali dia itu tertutup dan terjaga kehormatannya. Saya tidak mendapati kedustaan dalam pengakuannya, ataupun tipu daya dalam pengkaburan.”
Si Abdurrohman menyebutkan bahwasanya para pegawai yang mengurusi  “Khowarizm” dulu mengkhususkan diri untuk menyelidiki wanita ini, menghadirkannya selama sebulan dua bulan dan bahkan lebih di suatu rumah yang wanita ini mereka kunci di dalamnya. Dan mereka mewakilkan orang yang mengurusinya, ternyata mereka tidak mendapatinya makan ataupun minum, mereka juga tidak mendapatkan bekas kencing ataupun berak dari wanita itu. Maka merekapun memuliakannya, memberikan pakaian untuknya, dan membebaskan jalannya.
Manakala penduduk wilayah itu telah sepakat akan kejujuran wanita itu, akupun menyelidiki kisah dia. Aku tanya siapa namanya dan seluruh keadaannya.
Dia menyebutkan bahwasanya namanya adalah: Rohmah binti Ibrohim. Dia dulunya punya suami seorang tukang kayu yang miskin. Penghasilannya dari hasil kerja tangannya, rizqinya datang sehari-hari. Penghasilannya tidak melebihi makanan pokok keluarganya. Wanita melahirkan dari orang tadi beberapa anak.
Kemudian datanglah si Aqtho’, raja Turk, ke desa tadi dengan melintasi lembah Jaihun ketika airnya membeku, dia mendatangi kami bersama sekitar tiga ribu pasukan berkuda. Penduduk Khowarizm menjulukinya sebagai “Kisroh.”
Abul Abbas berkata: si Aqtho’ ini adalah orang kafir yang jahat dan sangat memusuhi umat Islam. Dia telah menimpakan pengaruh hantaman pada penduduk perbatasan, dan berulang kali menyerang, membunuh dan menawan penduduk Khowarizm. Para penguasa Khurosan dulu selalu berusaha melunakkan hatinya dan hati para pembesar Ajam dari kalangan keluarganya agar mereka menghentikan serangan kepada rakyat, dan menjaga darah umat Islam. Para penguasa Khurosan mengirimkan kepada masing-masing pembesar Ajam tadi dengan uang dan banyak bingkisan dan beraneka baju yang mewah. Si kafir ini dalam beberapa tahun ini sering mencaci Sultan. Aku tidak tahu kenapa itu terjadi? Apakah karena dia merasa hadiahnya terlambat dari waktunya ataukah dia menganggap hadiah tadi terlalu kecil dibandingkan dengan hadiah yang diberikan kepada raja-raja sejawatnya semisal raja “Jirjiyyah” dan raja “Tsaghorghodiyyah”.
Lalu si Aqtho’ tadi menyerbu bersama pasukannya, mendatangi wilayah perbatasan dan menghadang di jalanan, masuk ke wilayah itu dan membikin kerusakan dan pembunuhan. Pasukan muslimin tak mampu menghadapinya.
Berita tersebut sampai kepada Abul Abbas Abdulloh bin Thohir –semoga Alloh merohmatinya-, maka beliaupun mengirimkan kepada mereka empat komandan: Thohir bin Ibrohim bin Mudrik, Ya’qub bin Manshur bin Tholhah, Mikal maula Thohir dan Harun Al Qobbadh. Beliau sendiri memenuhi negri dengan tentara dan persenjataan, dan mengatur pasukan di empat penjuru negri, masing-masing komandan menempati seperempat wilayah. Mereka melindungi negri dengan seidzin Alloh ta’ala.
Sesungguhnya lembah Jaihun yang ada di sungai “Balkh” membeku ketika suhu dingin memuncak. Lembah tadi luas dan sangat keras, banyak penyakitnya. Jika dia itu dibentangkan, lebarnya menjadi sekitar satu farsakh. Jika dia membeku diapun memadat sehingga tak mungkin bisa mencapai dasarnya hingga digali seperti digalinya sumur-sumur di batu karang. Sungguh aku telah melihat ketebalan es lembah tadi mencapai sepuluh jengkal. Dan aku dikabari bahwasanya pada musim yang telah lalu ketebalan esnya mencapai duapuluh jengkal. Jika dia memadat, jadilah es tadi bagaikan jembatan menghubungkan dua tepinya bagi penduduk negri itu, yang berjalan di atasnya tentara, anak sapi, dan rombongan pengendara. Dan terkadang es tadi bertahan seratus duapuluh hari. Jika dinginnya berkurang dalam setahun es tadi bertahan selama tujuh puluh hari sampai tiga bulan.
Wanita itu berkata: si kafir bersama pasukan berkudanya tadi melintasi pintu benteng. Orang-orang telah membentengi diri dan menggabungkan barang-barang mereka. pasukan kafir tadi menyerang muslimin dan mengalahkan mereka, lalu penduduk wilayah itu terkepung. Para penduduk ingin keluar dari wilayah itu, tapi pegawai kota melarang mereka pergi tanpa perjumpaan dengan tentara sultan dan penggabungan dengan para sukarelawan. Lalu sekelompok pemuda dan remaja masyarakat bangkit mendekati dinding benteng sambil membawa senjata sesanggup mereka, lalu menyerang orang-orang kafir itu. Maka orang-orang kafir itu gaduh dan menuntut mereka keluar dari bangunan dan dinding. Ketika mereka keluar, orang-orang Turk itu menyerang mereka, dan jadilah muslimin dalam kesulitan, kemudian muslimun meloloskan diri dan berlindung di suatu bangunan sambil memerangi orang-orang yang ada di balik bangunan tadi. Lalu terpisahlah mereka dari pasukan lawan tadi dalam keadaan muslimin jauh dari amunisi. Kemudian muslimin memerangi pasukan musuh dengan sangat sengitnya dan bertahan sampai tali-tali putus dan tongkat-tongkat patah. Kemudian mereka tertimpa rasa capek, lapar dan dahaga. Mayoritasnya telah gugur, dan sisanya penuh luka. Ketika malam telah membayang, kedua belah pihakpun memisahkan diri.
Wanita itu berkata: api diangkat di atas menara pengawas pada saat si kafir itu melintas dan sampai di “Jurjaniyyah”, kota besar di ujung Khowarizm. Si Mikal maula Thohir ada di kota itu bersama pasukan, maka beliau menghasung pasukan untuk mengejar pasukan Turk karena segan pada sang gubernur Abul Abbas Abdillah bin Thohir –semoga Alloh merohmatinya-. Beliau berangkat ke Hazarosib sehari semalam sepanjang empat puluh farsakh dengan ukuran farsakh Khowarizm. Ini lebih panjang daripada ukuran farsakh Khurosan. Pasukan Turk memang tengah mencari kesempatan kosongnya wilayah dari pasukan tadi. Ketika mereka dalam suasana seperti tadi, tiba-tiba tampaklah bagi mereka bendera-bendera hitam dan mereka mendengar suara-suara gendang. Maka merekapun lari meninggalkan kaum muslimin, dan Mikalpun tiba di medan tempur. Kemudian dia mengebumikan orang-orang yang terbunuh dan membawa orang-orang yang terluka.
Wanita itu berkata: dan pada sore itu dimasukkanlah ke dalam benteng kepada kami empat ratus jenazah jenazah, sehingga tidaklah tersisa satu rumahpun kecuali dibawa ke dalamnya orang yang gugur tadi, sehingga musibah merata dan wilayah itu goncang dengan tangisan.
Dia bercerita: jenazah suamiku diletakkan di hadapanku sehingga aku tertimpa kesedihan dan duka yang mendalam sebagaimana yang menimpa seorang wanita muda yang kehilangan suaminya, bapak anak-anak. Kami punya tanggungan anak-anak.
Dia berkata: maka para wanita dari kerabat dan tetanggaku berkumpul membantuku menangis, dan datanglah anak-anak. Mereka anak-anak kecil yang tidak memahami perkara ini sedikitpun. Mereka meminta roti sementara aku tidak punya apa-apa untuk kuberikan pada mereka. maka dadaku menjadi sempit dengan urusan ini. Kemudian aku mendengar adzan maghrib, maka aku bergegas untuk sholat. Maka aku sholat sebagaimana yang Robbku tetapkan untukku, kemudian aku sujud, aku berdoa dan merundukkan diri pada Alloh, dan aku mohon pada-Nya kesabaran dengan menopang keyatiman anak-anakku.
Wanita itu berkata: di dalam sujudku aku tertidur, kemudian di dalam mimpiku aku melihat seakan-akan aku ada di suatu bumi yang indah, punya bebatuan, dan aku mencari suamiku. Maka ada orang menyeruku: “Mau kemanakah engkau, wahai wanita merdeka?” aku menjawab: “Aku mencari suamiku.” Maka dia menjawab: “Ambillah arah ke kanan.” Maka akupun mengambil arah ke kanan. Kemudian ditampakkan kepadaku tanah yang landai, kesegarannya bagus, dan rerumputannya jelas. Tiba-tiba ada istana-istana dan bangunan-bangunan yang aku tidak hapal untuk aku gambarkan, atau aku belum pernah melihat semisalnya. Tiba-tiba saja ada sungai-sungai yang mengalir di permukaan bumi melewati parit-parit tanpa memiliki dinding-dinding yang mengelilingi.
Lalu aku tiba di suatu kaum yang duduk-duduk membentuk lingkaran- lingkaran. Mereka mengenakan baju hijau. Mereka diliputi cahaya. Ternyata mereka adalah orang-orang yang terbunuh di medan perang tadi. Mereka sedang makan dari hidangan-hidangan yang ada di hadapan mereka. maka mulailah aku menyela-nyelai mereka, aku meneliti wajah-wajah mereka untuk mencari suamiku agar dia melihatku. Maka diapun memanggilku: “Wahai Rohmah, wahai Rohmah.” Maka aku menuju ke arah sumber suara. Ternyata aku mendapatinya keadaannya seperti keadaan para syuhada tadi. Wajahnya seperti bulan purnama, sambil makan bersama rombongannya yang terbunuh bersamanya hari itu. Maka dia berkata pada para sahabatnya: “Sesungguhnya wanita yang kasihan ini seharian penuh dirundung kelaparan. Apakah kalian mengizinkan padaku untuk aku beri dia sesuatu untuk dimakannya?” mereka mengizinkannya untukku. Maka dia menyodorkan kepadaku sepotong roti. Ketika itu aku tahu bahwasanya itu adalah roti, akan tetapi aku tidak tahu bagaimana dia itu dibikin? Dia lebih putih daripada salju dan susu, dan lebih manis daripada madu dan gula, lebih lembut daripada mentega dan minyak samin. Lalu akupun memakannya. Ketika roti itu telah menetap di dalam perutku, suamiku berkata: “Pergilah, Alloh telah mencukupi kebutuhan makan dan minummu selama engkau hidup di dunia.” ([5])
Lalu aku terbangun dari tidurku dalam keadaan kenyang dan segar, tidak butuh makan ataupun minum. Aku tidak pernah makan dan minum sejak hari itu sampai hari ini, akau apapun yang dimakan oleh manusia.
Abul ‘Abbas berkata: ketika itu dia hadir saat kami makan, maka dia menjauh dan memegang hidungnya. Dia menyatakan bahwasanya dia terganggu dengan bau makanan. Maka aku bertanya kepadanya: “Apakah Anda mengambil suatu gizi atau minum sesuatu yang bukan air?” Dia menjawab: “Enggak.”
Aku bertanya: “Apakah keluar dari Anda angin atau kotoran sebagaimana yang keluar dari manusia?” dia menjawab: “Sejak zaman itu aku tak pernah buang kotoran.” Aku bertanya: “Haidh juga?” kukira dia menjawab: “Haidh terputus dengan terputusnya makanan.”
Aku bertanya: “Apakah Anda butuh sebagaimana butuhnya wanita pada lelaki?” dia menjawab: “Apakah engkau tidak malu kepadaku dengan bertanya semacam ini?” aku menjawab: “Barangkali saya akan menceritakan kisah Anda kepada manusia. Maka saya harus meneliti” dia menjawab: “Aku tidak butuh.”
Aku bertanya: “Apakah Anda tidur juga?” dia menjawab: “Iya, tidur yang paling enak.” Aku bertanya: “Apa yang Anda lihat di dalam mimpi?” dia menjawab: “Seperti apa yang kalian lihat.” Aku bertanya: “Apakah Anda mendapati dalam diri Anda kelemahan karena tak pernah makan?” dia menjawab: “Aku tak pernah merasa lapar sejak aku makan makanan itu.”
Wanita ini menerima shodaqoh. Maka aku bertanya padanya: “Apa yang Anda lakukan dengan shodaqoh itu?” Dia menjawab: “Untuk pakaianku dan pakaian anakku.” Aku bertanya: “Apakah Anda mendapati rasa dingin dan terganggu dengan panas?” Dia menjawab: “Iya.” Aku bertanya: “Apakah Anda mendapati rasa  letih dan lemas jika berjalan.” Dia menjawab: “Iya. Bukankah aku termasuk manusia?”
Aku bertanya: “Apakah Anda berwudhu untuk sholat?” dia menjawab: “Iya.” Aku bertanya: “Kenapa?” dia menjawab: “Para ahli fiqih memerintahkan aku untuk itu.” Mereka memberikan fatwa pada wanita itu berdasarkan hadits:
«لا وضوء إلا من حدث أو نوم».
“Tidak ada wudhu kecuali disebabkan oleh hadats atau tidur.”
Wanita itu juga menyebutkan kepadaku bahwasanya perutnya telah menempel di punggungnya. Maka aku memerintahkan salah seorang dari istri kami untuk melihat itu. Maka dia melihatnya, ternyata perutnya memang seperti yang digambarkannya. Dia mengambil plastik lalu dimasuki kapas dan mengencangkannya ke perutnya agar punggungnya tidak patah jika berjalan.
Kemudian aku terus-menerus mondar-mandir ke Hazarosib selama dua atau tiga tahun, lalu wanita itu hadir di majelisku, kemudian aku mengulang lagi pertanyaanku kepadanya, dan dia tidak menambahi ataupun mengurangi. Aku memaparkan ucapannya kepada Abdulloh bin Abdirrohman Al Faqih, maka dia berkata: “Aku telah mendengar ucapan ini sejak aku tumbuh, lalu aku tidak mendapati ada orang yang menolaknya atau menyatakan bahwasanya dia mendengar bahwasanya wanita tadi makan atau minum atau buang hajat.”
(selesai penukilan dari “Ath Thobaqotusy Syafi’iyyatil Kubro”/karya Ibnus Subkiy/8/hal. 2-7).
Kisah mengagumkan yang lain
Dari Tsabit Al Bunaniy رحمه الله yang berkata:
كنت عند أنس بن مالك إذ قدم عليه ابن له من غزاة له ، يقال له أبو بكر ، فسأله ، فقال : ألا أخبرك عن صاحبنا ، فلان ؟ بينا نحن قافلين في غزاتنا ، إذ ثار وهو يقول : واأهلاه واأهلاه ، فثرنا إليه ، وظننا أن عارضا عرض له ، فقلنا : ما لك ؟ فقال : إني كنت أحدث نفسي ألا أتزوج حتى أستشهد ، فيزوجني الله تعالى من حور العين ، فلما طالت علي الشهادة ، قلت في سفري هذا : إن أنا رجعت هذه المرة تزوجت ، فأتاني آت قبيل في المنام ، فقال : أنت القائل : إن رجعت تزوجت ؟ قم فقد زوجك الله “العيناء” ، فانطلق بي إلى روضة خضراء معشبة ، فيها عشر جوار ، بيد كل واحدة صنعة تصنعها ، لم أر مثلهن في الحسن والجمال ، فقلت : فيكن العيناء ؟ فقلن : نحن من خدمها ، وهي أمامك فمضيت ، فإذا روضة أعشب من الأولى وأحسن ، فيها عشرون جارية ، في يد كل واحدة صنعة تصنعها ليس العشر إليهن بشيء في الحسن والجمال ، قلت : فيكن العيناء ؟ قلن : نحن من خدمها ، وهي أمامك ، فمضيت ، فإذا أنا بروضة ، وهي أعشب من الأولى والثانية في الحسن ، فيها أربعون جارية ، في يد كل واحدة منهن صنعة تصنعها ليس العشر والعشرون إليها بشىء في الحسن والجمال ، قلت : فيكن العيناء ؟ قلن : نحن من خدمها ، وهي أمامك ، فمضيت ، فإذا أنا بياقوتة مجوفة فيها سرير عليه امرأة قد فضل جنباها السرير ، قلت : أنت العيناء ؟ قالت : نعم مرحبا ، فذهبت أضع يدي عليها ، قالت : مه ؛ إن فيك شيئا من الروح بعد ، ولكن تفطر عندنا الليلة ، قال : فانتبهت ، قال : فما فرغ الرجل من حديثه حتى نادى المنادي : يا خيل الله اركبي ، قال : فركبنا ، فصافنا العدو ، قال : فإني لأنظر إلى الرجل ، وأنظر إلى الشمس ، وأذكر حديثه ، فما أدري رأسه سقط أم الشمس سقطت.
“Aku pernah di sisi Anas bin Malik ketika datang padanya salah seorang anaknya dari peperangan yang diikutinya. Anak itu dipanggil sebagai Abu Bakr. Maka Anas menanyai kabarnya. Dia menjawab: “Maukah Ayah kukabari tentang sahabat kami, si Fulan? Ketika kami sedang berangkat pulang dari peperangan kami, tiba-tiba saja dia ribut dan berkata: “Wahai istriku, wahai istriku.” Maka kami berhamburan kepadanya karena mengira ada yang menghadangnya. Maka kami bertanya: “Ada apa denganmu?” dia menjawab: “Sesungguhnya aku berbicara dengan diri sendiri untuk tidak menikah sampai aku mati syahid, lalu Alloh ta’ala menikahkanku dengan bidadari bermata jeli. Manakala syahadah itu lama tidak datang-datang, aku berkata dalam perjalananku ini: “Jika kali ini aku pulang aku akan menikah.” Lalu baru saja di dalam mimpi tadi ada orang yang mendatangiku seraya berkata: “Engkaukah yang berkata: jika aku pulang aku akan menikah? Bangkitlah, Alloh telah menikahkanmu dengan “Aina”.” Lalu dia berangkat membawaku ke suatu kebun hijau yang penuh dengan tetumbuhan. Di dalamnya ada sepuluh orang gadis. Di tangan masing-masing dari mereka ada sesuatu yang tengah mereka bikin. Belum pernah aku melihat ada gadis seindah dan secantik mereka. ([6]) Maka aku bertanya: “Apakah di antara kalian ada ‘Aina?” Mereka menjawab: “Kami termasuk dari pelayannya. Dia ada di depanmu.” Maka aku berlalu. Tiba-tiba saja ada kebun yang lebih banyak tumbuhannya dan lebih bagus daripada yang pertama. Di dalamnya ada dua puluh gadis. Di tangan masing-masing dari mereka ada sesuatu yang tengah mereka bikin. Sepuluh gadis yang pertama tadi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka ini dalam masalah keindahan dan kecantikan. Maka aku bertanya: “Apakah di antara kalian ada ‘Aina?” Mereka menjawab: “Kami termasuk dari pelayannya. Dia ada di depanmu.” Maka aku berlalu. Tiba-tiba saja ada kebun yang lebih banyak tumbuhannya dan lebih bagus daripada yang pertama dan kedua. Di dalamnya ada empat puluh gadis. Di tangan masing-masing dari mereka ada sesuatu yang tengah mereka bikin. Sepuluh dan duapuluh gadis yang tadi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka ini dalam masalah keindahan dan kecantikan. Maka aku bertanya: “Apakah di antara kalian ada ‘Aina?” Mereka menjawab: “Kami termasuk dari pelayannya. Dia ada di depanmu.” Maka aku berlalu. Tiba-tiba saja ada permata yaqut yang berongga, di dalamnya ada ranjang, di atas ranjang itu ada seorang wanita. Kedua sisinya melebihi ranjang itu. Aku berkata: “Apakah engkau ‘Aina?” dia menjawab: “Iya. Selamat datang.” Maka aku hendak meletakkan tanganku ke dirinya. Dia berkata: “Tahan dulu, sesungguhnya pada dirimu masih ada sedikit nyawa. Tapi engkau akan berbuka puasa di sisi kami malam ini.” Lalu aku terbangun.”
Abu Bakr berkata: “Belumlah orang ini selesai dari perkataannya sampai ada penyeru yang berteriak: “Wahai pasukan Alloh, naiklah kendaraan!” maka kami menaiki tunggangan. Lalu musuh berbaris menghadapi kami. Maka aku benar-benar melihat kepada orang tadi dan melihat kepada matahari, dan aku mengingat kisah dia. Maka aku tidak mengetahui apakah kepalanya yang jatuh duluan ataukah matahari yang terbenam lebih dulu.”
(Selesai penukilan dari “Al Ghoilaniyyat”/karya Al Imam Abu Bakr Asy Syafi’iy/2/hal. 421).
Sanadnya shohih, para perowinya tsiqot.
Atsar ini juga diriwayatkan oleh Al Imam Ibnul Mubarok dalam “Al Jihad” no. (149) dari jalur As Sariy bin Yahya dari Tsabit. Di dalam riwayat ini:
ثم انتهيت إلى قبة من ياقوتة حمراء مجوفة قد أضاء لها ما حولها، فقال لي صاحبي: ادخل، فدخلت،  فإذا امرأة ليس للقبة معها ضوء، فجلست فتحدثت ساعة، فجعلت تحدثني، فقال صاحبي: اخرج انطلق. قال: ولا أستطيع أن أعصيه. قال: فقمت فأخذتْ بطرف ردائي فقالت: أفطر عندنا الليلة. فلما أيقظتموني رأيت إنما هو حلم فبكيت. فلم يلبثوا أن نودي في الخيل. قال: فركب الناس، فما زالوا يتطاردون حتى إذا غابت الشمس وحلّ للصائم الإفطار أصيب تلك الساعة، وكان صائما. وظننت أنه من الأنصار، وظننت أن ثابتا كان يعلم نسبه اهـ.
“… kemudian aku tiba di sebuah kubah dari permata yaqut merah yang berongga yang bersinar menerangi kubah itu dan sekelilingnya. Maka temanku tadi berkata padaku: “Masuklah.” Ternyata di dalamnya ada seorang wanita yang jika dibandingkan dengan kubah itu, kubah itu tak punya cahaya (saking terangnya cahaya wanita ini). Maka aku duduk dan berbincang-bincang dengannya sesaat, dia juga mengajakku bicara. Lalu temanku berkata: “Keluarlah, berangkat.” Aku tak sanggup membangkang perintahnya. Maka akupun bangkit. Maka wanita itu mengambil ujung selendangku seraya berkata: “Berbukalah di sisi kami malam ini.” Ketika kalian membangunkan aku, aku melihat bahwasanya itu tadi cuma mimpi, maka akupun menangis. Tidak lama kemudian diserukan untuk berangkat naik kuda. Maka orang-orang menaiki kendaraan mereka. dan terus-menerus berlangsung peperangan sampai ketika matahari menghilang, dan halallah bagi orang berpuasa untuk berbuka, terbunuhlah pemuda tadi saat itu dalam keadaan dia itu berpuasa. Aku kira dia itu dari Anshor. Dan aku kira Tsabit tahu nasab pemuda itu.”

Sebab ketiga: memperbanyak amal sholih
Sesungguhnya amal sholih itu punya pengaruh yang kuat untuk menolak siksaan kubur dan mendapatkan kenikmatannya. Alloh ta’ala berfirman:
﴿فَلَوْلَا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ * وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ * وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لَا تُبْصِرُونَ * فَلَوْلَا إِنْ كُنْتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ * تَرْجِعُونَهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ * فَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ * فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ * وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ * فَسَلَامٌ لَكَ مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ * وَأَمَّا إِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِينَ الضَّالِّينَ * فَنُزُلٌ مِنْ حَمِيمٍ * وَتَصْلِيَةُ جَحِيمٍ﴾ [الواقعة : 83 - 94].
“Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal kalian ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kalian, tetapi kalian tidak melihat. Maka mengapa jika kalian tidak dikuasai (oleh Allah) kalian tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kalian adalah orang-orang yang benar? Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezki serta jannah kenikmatan. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatanlah bagimu karena kamu dari golongan kanan. Dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam Jahim.”
Dari Al Baro bin ‘Azib رضي الله عنهما yang berkata:
خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه و سلم في جنازة رجل من الأنصار، فانتهينا إلى القبر ولما يلحد، فجلس رسول الله صلى الله عليه و سلم وجلسنا حوله، كأنما على رءوسنا الطير، وفي يده عود ينكت به، فرفع رأسه فقال:«استعيذوا بالله من عذاب القبر» ثلاث مرات أو مرتين، ثم قال: «إن العبد المؤمن إذا كان في انقطاع من الدنيا وإقبال من الآخرة نزل إليه من السماء ملائكة بيض الوجوه كأن وجوههم الشمس حتى يجلسون منه مد البصر، معهم كفن من أكفان الجنة وحنوط من حنوط الجنة، يجيء ملك الموت فيقعد عند رأسه فيقول: أيتها النفس الطيبة أخرجي إلى مغفرة من الله ورضوان. فتخرج تسيل كما تسيل القطرة من في السقاء. فإذا أخذوها لم يدعوها في يده طرفة عين حتى يأخذوها، فيجعلوها في ذلك الكفن، وذلك الحنوط، فيخرج منها كأطيب نفحة مسك وجدت على وجه الأرض. فيصعدون فلا يمرون بها على ملآ من الملائكة إلا قالوا: ما هذا الروح الطيب؟ فيقولون: هذا فلان بن فلان، بأحسن أسمائه التي كان يسمى بها في الدنيا، حتى ينتهي بها إلى السماء الدنيا، فيستفتح فيفتح لهم فيستقبله من كل سماء مقربوها إلى السماء التي تليها حتى ينتهي به إلى السماء السابعة. قال: فيقول الله: اكتبوا كتاب عبدي في عليين، في السماء السابعة، وأعيدوه إلى الأرض، فإني منها خلقتهم وفيها أعيدهم ومنها أخرجهم تارة أخرى. فتعاد روحه في جسده ويأتيه ملكان فيجلسانه فيقولان له: من ربك؟ فيقول: ربي الله. فيقولان له: ما دينك؟ فيقول: ديني الإسلام. فيقولان له: ما هذا الرجل الذي بعث فيكم؟ فيقول: هو رسول الله صلى الله عليه و سلم. فيقولان: ما عملك؟ فيقول: قرأت كتاب الله وآمنت به وصدقت به. فينادي مناد من السماء أن: صدق عبدي، فافرشوه من الجنة، وألبسوه من الجنة، وافتحوا له بابا إلى الجنة. فيأتيه من طيبها وروحها، ويفسح له في قبره مد بصره. ويأتيه رجل حسن الوجه، حسن الثياب، طيب الريح، فيقول: أبشر بالذي يسرك، هذا يومك الذي كنت توعد. فيقول: ومن أنت؟ فوجهك الوجه الذي يجيء بالخير فيقول: أنا عملك الصالح. فيقول: رب أقم الساعة حتى أرجع إلى أهلي ومالي. وإن العبد الكافر إذا كان في انقطاع من الدنيا وإقبال من الآخرة نزل إليه من السماء ملائكة سود الوجوه معهم المسوح حتى يجلسون منه مد البصر. ثم قال: ثم يجيء ملك الموت حتى يجلس عند رأسه فيقول: يا أيتها النفس الخبيثة اخرجي إلى سخط الله وغضبه. قال: فتفرق في جسده. قال: فتخرج فينقطع معها العروق والعصب كما تنزع السفود من الصوف المبلول، فيأخذها فإذا أخذها لم يدعوها في يده طرفة عين حتى يأخذوها فيجعلوها في تلك المسوح، فيخرج منها كأنتن ريح جيفة وجدت على ظهر الأرض فيصعدون بها، فلا يمرون بها على ملأ من الملائكة إلا قالوا: ما هذا الروح الخبيث، فيقولون: فلان بن فلان بأقبح أسمائه التي كان يسمى بها في الدنيا، حتى ينتهي به إلى سماء الدنيا فيستفتحون فلا يفتح له ثم قرأ رسول الله صلى الله عليه و سلم: ﴿لا تفتح لهم أبواب السماء ولا يدخلون الجنة حتى يلج الجمل في سم الخياط﴾ قال: فيقول الله عز و جل: اكتبوا كتاب عبدي في سجين في الأرض السفلى وأعيدوه إلى الأرض فإني منها خلقتهم وفيها أعيدهم ومنها أخرجهم تارة أخرى. فتطرح روحه طرحا. قال: ثم قرأ رسول الله صلى الله عليه و سلم: ﴿ومن يشرك بالله فكأنما خر من السماء فتخطفه الطير أو تهوي به الريح في مكان سحيق﴾. قال: فيعاد روحه في جسده ويأتيه الملكان فيجلسانه فيقولان له من ربك فيقول: هاه هاه، لا أدري. فيقولان له: وما دينك فيقول: هاه هاه لا أدري. قال فينادي مناد من السماء: افرشوا له من النار وألبسوه من النار وافتحوا له بابا إلى النار. قال: فيأتيه من حرّها وسمومها ويضيق عليه قبره حتى تختلف عليه أضلاعه ويأتيه رجل قبيح الوجه وقبيح الثياب منتن الريح. فيقول: أبشر بالذي يسوؤك هذا يومك الذي كنت توعد. فيقول: من أنت فوجهك الوجه الذي يجيء بالشر فيقول: أنا عملك الخبيث. فيقول: رب لا تقم الساعة رب لا تقم الساعة».
“Kami keluar bersama Rosululloh صلى الله عليه وسلم di suatu jenazah seorang dari Anshor, maka kami tiba di kuburan dan belum dibikin lahadnya. Maka Rosululloh صلى الله عليه وسلم duduk, dan kami duduk di sekeliling beliau, seakan-akan di atas kepala kami ada burung. Dan di tangan beliau ada ranting yang beliau pakai untuk menusuk-nusuk tanah. Lalu beliau mengangkat kepalanya seraya bersabda:“Mohonlah perlindungan kepada Alloh dari siksaan kubur.” Tiga kali atau dua kali. Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin jika berpisah dengan dunia dan menghadap ke akhirat turunlah kepadanya malaikat yang putih wajah-wajah mereka, seakan-akan wajah mereka itu matahari, sampai mereka duduk darinya sejauh mata memandang. Mereka membawa kafan dari Jannah dan pengharum dari Jannah. Datanglah Malakul Maut lalu duduk di dekat kepalanya seraya berkata: “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridhoan dari Alloh. Maka nyawanya keluar mengalir seperti tetesan air yang mengalir dari mulut teko. Jika dia telah mengambilnya mereka tidak membiarkannya di tangan Malakul Maut sekejap matapun sampai mereka mengambilnya. Lalu mereka menjadikannya di kafan tersebut dan pengharum tersebut, sehingga keluarlah darinya bagaikan hembusan aroma misik yang paling harum yang didapatkan di muka bumi. Lalu mereka naik. Tidaklah mereka melewati serombongan malaikat dengan membawa ruh tadi kecuali mereka berkata: “Ruh harum milik siapa ini?” Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan, dengan nama yang terbaik yang dulu dia dinamakan dengannya di dunia. Hingga tiba di langit dunia, lalu dimintakan untuk dibuka, maka dibukakan untuk mereka, lalu dia disambut oleh para malaikat yang dekat dengan setiap langit yang berikutnya, hingga tiba di langit ketujuh. Maka Alloh berfirman: “Tulislah kitab hamba-Ku di ‘Illiyyin, di langit ketujuh. Dan kembalikanlah dia ke bumi, karena Aku menciptakan mereka dari bumi, dan ke dalamnya Aku akan mengembalikan mereka, dan darinya Aku akan mengeluarkan mereka pada kali yang lain.” Maka ruhnya dikembalikan ke jasadnya, dan dia didatangi dua orang malaikat seraya mendudukkannya, lalu bertanya kepadanya: “Siapakah Robbmu?” Dia menjawab: “Robbku adalah Alloh.” Keduanya bertanya kepadanya: “Apa agamamu?” dia menjawab: “Agamaku Islam.” Keduanya bertanya kepadanya: “Siapakah orang yang diutus kepada kalian?” Dia menjawab: “Beliau adalah Rosululloh صلى الله عليه وسلم .” Keduanya bertanya: “Apa amalanmu?” Dia menjawab: “Aku membaca Kitabulloh, beriman kepadanya dan membenarkannya.” Maka seorang penyeru berseru dari langit: “Hamba-Ku benar. Maka hamparkanlah untuknya dari Jannah, dan berilah dia pakaian dari Jannah, dan bukakanlah untuknya satu pintu ke Jannah.” Lalu dia didatangi oleh wewangian Jannah dan kegembiraan dari Jannah, serta dilapangkanlah untuknya di kuburannya sejauh mata memandang. Dan dia didatangi oleh orang yang wajahnya bagus, bajunya bagus, dan aromanya harum seraya berkata: “Bergembiralah dengan perkara yang menyenangkanmu, ini adalah hari yang dulu dijanjikan kepadamu.” Maka dia bertanya: “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang mendatangkan kebaikan.” Maka dia menjawab: “Aku adalah amalanmu yang sholih.” Maka dia berkata: “Wahai Robbku, tegakkanlah hari Kiamat hingga saya kembali kepada keluarga dan harta saya.”
Dan sesungguhnya seorang hamba yang kafir jika berpisah dengan dunia dan menghadap ke akhirat turunlah kepadanya malaikat yang hitam wajahnya yang membawa kain yang lusuh hingga duduk darinya sejauh mata memandang. Datanglah Malakul Maut lalu duduk di dekat kepalanya seraya berkata: “Wahai jiwa yang busuk, keluarlah kepada kemurkaan dan kemarahan Alloh.” Maka ruhnya bercerai-berai di dalam jasadnya. Kemudian ruh itu keluar hingga terputuslah bersamanya urat-urat yang otot-ototnya bagaikan besi pemanggang yang dicabut dari bulu yang basah. Jika dia telah mengambilnya mereka tidak membiarkannya di tangan Malakul Maut sekejap matapun sampai mereka mengambilnya. Lalu mereka menjadikannya di kain yang lusuh tersebut, sehingga keluarlah bagaikan aroma bangkai yang paling busuk yang didapati di muka bumi. Lalu mereka naik. Tidaklah mereka melewati serombongan malaikat dengan membawa ruh tadi kecuali mereka berkata: “Ruh busuk milik siapa ini?” Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan, dengan nama yang paling buruk yang dengannya dia dinamakan. Hingga tiba di langit dunia, lalu dimintakan untuk dibuka, tapi tidak dibukakan untuknya. Kemudian Rosululloh صلى الله عليه وسلم membaca:
﴿لا تفتح لهم أبواب السماء ولا يدخلون الجنة حتى يلج الجمل في سم الخياط﴾
“Tidaklah pintu-pintu langit dibukakan untuk mereka, dan mereka juga tidak masuk Jannah sampai onta masuk ke lobang jarum.”
Lalu Alloh عز وجل berfirman: “Tulislah kitab hamba-Ku di Sijjin, di bumi yang paling rendah. Dan kembalikanlah dia ke bumi, karena Aku menciptakan mereka dari bumi, dan ke dalamnya Aku akan mengembalikan mereka, dan darinya Aku akan mengeluarkan mereka pada kali yang lain.” Maka ruhnya benar-benar dilemparkan. Kemudian Rosululloh صلى الله عليه وسلم membaca:
﴿ومن يشرك بالله فكأنما خر من السماء فتخطفه الطير أو تهوي به الريح في مكان سحيق﴾.
“Dan barangsiapa menyekutukan Alloh maka seakan-akan dia tersungkur dari langit, lalu dia disambar oleh burung-burung, atau angin membawanya ke tempat yang jauh.” Dan dia didatangi dua orang malaikat seraya mendudukkannya, lalu bertanya kepadanya: “Siapakah Robbmu?” Dia menjawab: “Hah, hah aku tak tahu.” Keduanya bertanya kepadanya: “Apa agamamu?” dia menjawab: “Hah, hah aku tak tahu.” Maka seorang penyeru berseru dari langit: “Hamba-Ku bohong. Maka hamparkanlah untuknya dari Neraka, dan berilah dia pakaian dari Neraka, dan bukakanlah untuknya satu pintu ke Neraka.” Lalu dia didatangi oleh panasnya Neraka dan angin panasnya, dan kuburannya disempitkan terhadapnya sampai tulang-tulang rusuknya berselisih. Dan dia didatangi oleh orang yang wajahnya buruk, bajunya buruk, dan aromanya busuk seraya berkata: “Bergembiralah dengan perkara yang menyusahkanmu, ini adalah hari yang dulu dijanjikan kepadamu.” Maka dia bertanya: “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang mendatangkan kejelekan.” Maka dia menjawab: “Aku adalah amalanmu yang buruk.” Maka dia berkata: “Wahai Robbku, janganlah Engkau tegakkan hari Kiamat. Wahai Robbku, janganlah Engkau tegakkan hari Kiamat.”
(HR. Ibnu Abi Syaibah dalam “Al Mushonnaf” (12059) dan dihasankan oleh al Imam Al Wadi’iy dalam “Al Jami’ush Shohih no. (515)).
Dan dari Abu Huroiroh رضي الله عنه dari Nabi صلى الله عليه وسلم bahwasanya beliau bersabda:
«إن الميت تحضره الملائكة فإذا كان الرجل الصالح قالوا: اخرجي أيتها النفس الطيبة كانت في الجسد الطيب، اخرجي حميدة، وأبشري بروح وريحان، ورب غير غضبان. قال: فلا يزال يقال ذلك حتى تخرج ثم يعرج بها إلى السماء فيستفتح لها فيقال: من هذا؟ فيقال: فلان. فيقولون مرحبا بالنفس الطيبة كانت في الجسد الطيب ادخلي حميدة، وأبشري بروح وريحان ورب غير غضبان. قال: فلا يزال يقال لها: حتى ينتهي بها إلى السماء التي فيها الله عز وجل. وإذا كان الرجل السوء قالوا: اخرجي أيتها النفس الخبيثة كانت في الجسد الخبيث، اخرجي ذميمة، وأبشري بحميم وغساق وآخر من شكله أزواج. فلا يزال حتى يخرج ثم يعرج بها إلى السماء فيستفتح لها فيقال: من هذا؟ فيقال: فلان، فيقال: لا مرحبا بالنفس الخبيثة كانت في الجسد الخبيث، ارجعي ذميمة فإنه لا يفتح لك أبواب السماء. فترسل من السماء ثم تصير إلى القبر، فيجلس الرجل الصالح فيقال له مثل ما قيل له في الحديث الأول ويجلس الرجل السوء» فيقال له مثل ما قيل في الحديث الأول.
“Sesungguhnya orang yang akan mati itu dihadiri oleh para malaikat. Maka jika dia itu adalah orang sholih, mereka berkata: “Keluarlah wahai jiwa yang baik, yang ada di dalam jasad yang baik. Keluarlah dengan terpuji, dan bergembiralah dengan kegembiraan dan rizqi dan Robb Yang tidak marah.” Terus-menerus dikatakan demikian sampai ruhnya keluar, kemudian dibawa naik ke langit, lalu dimintakan untuk dibukakan untuknya. Ditanya: “Siapakah ini?” Maka dikatakan: “Fulan.” Maka mereka berkata: “Selamat datang bagi jiwa yang bagus dulu di jasad yang bagus. Masuklah dengan terpuji, dan bergembiralah dengan kegembiraan dan rizqi dan Robb Yang tidak marah.” Terus-menerus dikatakan demikian sampai tiba di langit yang Alloh عز وجل ada di atasnya. Tapi jika dia itu adalah orang jelek, mereka berkata: “Keluarlah wahai jiwa yang busuk, yang ada di dalam jasad yang busuk. Keluarlah dengan tercela, dan bergembiralah dengan hamim (air yang mencapai puncak panas), ghossaq (air yang teramat dingin), dan siksaan yang lain yang saling berlawanan sifat. Terus-menerus dikatakan demikian sampai ruhnya keluar, kemudian dibawa naik ke langit, lalu dimintakan untuk dibukakan untuknya. Ditanya: “Siapakah ini?” Maka dikatakan: “Fulan.” Maka mereka berkata: “Tiada ucapan selamat datang bagi jiwa yang busuk dulu di jasad yang busuk. Kembalilah dengan tercela, karena pintu-pintu langit tidak akan dibukakan untukmu. Lalu dia dikirimkan dari langit kemudian sampai ke kuburan.Kemudian duduklah  orang sholih tadi, lalu dikatakan padanya seperti pada hadits pertama. Dan duduklah  orang jelek, lalu dikatakan padanya seperti pada hadits pertama. (HR. Ahmad dalam “Al Musnad” (8769) dan dishohihkan oleh al Imam Al Wadi’iy dalam “Al Jami’ush Shohih no. (514)).

Sebab keempat: menjaga sholat-sholat
Kita telah lewat pembahasan keumuman amal-amal sholih menjatangkan nikmat kubur. Dan berikut ini adalah sebagian dari perinciannya sesuai dengan datangnya dalil-dalil. Dan dalil bahwasanya menjaga (menunaikan pada waktunya) sholat-sholat itu bisa menolak kuburan dan mendatangkan kenikmatan kuburan adalah sebagai berikut:
Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه dari Nabi صلى الله عليه وسلم yang bersabda:
«إن الميت إذا وضع في قبره إنه يسمع خفق نعالهم حين يولون عنه. فإن كان مؤمنا كانت الصلاة عند رأسه وكان الصيام عن يمينه وكانت الزكاة عن شماله وكان فعل الخيرات من الصدقة والصلة والمعروف والإحسان إلى الناس عند رجليه. فيؤتى من قبل رأسه فتقول الصلاة : ما قبلي مدخل ثم يؤتى عن يمينه فيقول الصيام : ما قبلي مدخل ثم يؤتى عن يساره فتقول الزكاة : ما قبلي مدخل ثم يؤتى من قبل رجليه فتقول فعل الخيرات من الصدقة والصلة والمعروف والإحسان إلى الناس : ما قبلي مدخل فيقال له : اجلس فيجلس وقد مثلت له الشمس وقد أدنيت للغروب فيقال له: أرأيتك هذا الرجل الذي كان فيكم ما تقول فيه وماذا تشهد به عليه؟ فيقول: دعوني حتى أصلي فيقولون : إنك ستفعل. أخبرني عما نسألك عنه أرأيتك هذا الرجل الذي كان فيكم ما تقول فيه وماذا تشهد عليه ؟ قال : فيقول : محمد أشهد أنه رسول الله وأنه جاء بالحق من عند الله فيقال له : على ذلك حييت وعلى ذلك مت وعلى ذلك تبعث إن شاء الله ثم يفتح له باب من أبواب الجنة فيقال له: هذا مقعدك منها وما أعد الله لك فيها فيزداد غبطة وسروراً، ثم يفتح له باب من أبواب النار فيقال له: هذا مقعدك منها وما أعد الله لك فيها لو عصيته فيزداد غبطة وسروراً ثم يفسح له في قبره سبعون ذراعاً وينور له فيه ويعاد الجسد لما بدأ منه فتجعل نسمته في النسم الطيب وهي طير يعلق في شجر الجنة قال : فذلك قوله تعالى : ﴿يثبت الله الذين آمنوا بالقول الثابت في الحياة الدنيا وفي الآخرة﴾ إلى آخر الآية [إبراهيم : 27] قال:  وإن الكافر إذا أتي من قبل رأسه لم يوجد شيء ثم أتي عن يمينه فلا يوجد شيء ثم أتي عن شماله فلا يوجد شيء ثم أتي من قبل رجليه فلا يوجد شيء، فيقال له : اجلس فيجلس خائفا مرعوبا فيقال له : أرأيتك هذا الرجل الذي كان فيكم ماذا تقول فيه ؟ وماذا تشهد به عليه ؟ فيقول: أي رجل ؟ فيقال: الذي كان فيكم. فلا يهتدي لاسمه حتى يقال له : محمد. فيقول : ما أدري سمعت الناس قالوا قولا فقلت كما قال الناس، فيقال له: على ذلك حييت، وعلى ذلك متّ، وعلى ذلك تبعث إن شاء الله. ثم يفتح له باب من أبواب النار فيقال له: هذا مقعدك من النار وما أعدّ الله لك فيها. فيزداد حسرة وثبوراً ثم يفتح له باب من أبواب الجنة فيقال له: ذلك مقعدك من الجنة وما أعد الله لك فيه لو أطعته، فيزداد حسرة وثبوراً، ثم يضيق عليه قبره حتى تختلف فيه أضلاعه، فتلك المعيشة الضنكة التي قال الله: ﴿فإن له معيشة ضنكا ونحشره يوم القيامة أعمى﴾ [طه: 124]». (أخرجه ابن حبان (كتاب الجنائز/فصل في أحوال الميت في قبره/رقم (3103)/تعليقات الحسان/دار باوزير).

Artikel Terkait :

Nikmat dan Siksa kubur Bagian Ke 3

Nikmat dan Siksa Kubur Bagian Ke 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar