MEREKA HANYA MENDUGA-DUGA
(disertai Nasehat dari Syaikhuna YAHYA BIN ‘ALI Al-HAJURY Hafizhohulloh)
Ditulis oleh: Abu Ja’far Al-Andalasy
-semoga Alloh memaafkan kesalahannya-www.isnad.net
Ditulis oleh: Abu Ja’far Al-Andalasy
-semoga Alloh memaafkan kesalahannya-www.isnad.net
Dammaj,Yaman 25 Shofar 1434
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين، وبه نستعين، والصلاة والسلام على سيد المرسلين، وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أما بعد:
Telah lewat beberapa tahun semenjak munculnya fitnah hizbul ‘Adeny, banyak orang yang terjerembab, banyak yang berusaha bangkit dan tobat, dan yang hanyut dibawa gelombang hizbiyyah, termasuk yang paling banyak korbannya adalah ikhwah di Indonesia.
Banyak perdebatan yang mereka munculkan, namun kesimpulannya tak jauh beda: Mereka hanya menduga-duga. Membangun kesimpulan di atas was-was dan falsafah. Ooo Syaikh U bilang begini, Eeee Syaikh W bilang begitu …. maka jadinya begini, maksudnya begitu … Karena itulah banyak sekali ditemukan kaidah-kaidah mereka yang saling bertolak belakang
Perlu diyakini bahwa kebenaran itu cuma satu tidak berbilang, dan kebenaran tidak bakal baku-pukul, bertolak belakang. Bahkan adanya bentuk pertentangan dalam satu pendapat menunjukkan kekeliruan pendapat tersebut. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullohmengatakan: “Aku tidak mengetahui seorangpun yang keluar dari Al-Kitab dan As-Sunnah, dari seluruh pengguna ilmu kalam dan falsafah, kecuali mesti bertolak belakang (pada kaidah yang dibangunnya), sehingga dia menghukumi mustahil pada perkara yang semisalnya dia wajibkan, dan dia mewajibkan sesuatu pada perkara yang semisalnya dia hukumi mustahil. (Hal itu) karena perkataan mereka bukanlah sesuatu yang datang dari sisi Alloh. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ولو كان من عند غير الله لوجدوا فيه اختلافا كثيرا
“Kalaulah Al-Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”. (QS An-Nisa’ 82) [Majmu’ul Fatawa 13/305]
Sebagian mereka mengatakan: “Syaikh Yahya disikat Syaikh ‘Ubaid dan Wushoby, tapi diam saja, ini menunjukkan kekeliruannya, karena tidak memiliki hujjah untuk membantah”.
Jika kaidah mereka ini diterapkan, maka konsekwensinya mereka harus menerima penghizbian ‘Abdurrohman Mar’i dan saudaranya, karena sudah banyak bukti didatangkan tapi mereka diam seribu bahasa.
Ketika DR ‘Abdulloh Al-Bukhory mencela Syaikh Muqbil apakah Wushoby dan lainnya –yang mereka bangga-banggakan sebagai murid Syaikh Muqbil- bangkit membela kehormatan sang Imam, membersihkannya dari kedustaan?. Ketika itu DR ‘Abdulloh Al-Bukhory yang benar ataukah yang diam membisu??
Akan tetapi namanya saja kaidah “suka-suka” …. Kaidah yang tak lebih dari sekedar dugaan, was-was dan falsafah, dipakai untuk mengalahkan lawan debat, padahal akal sehat saja bisa membuktikan kebatilannya.
Seseorang yang dikejar anjing dan menggigitnya tapi dia diam saja, maka yang seperti ini dikatakan lemah (afwan bukan kebal karena tazkiyyah). Adapun jika anjing itu mau menggigit, maka orang ini menghantamnya sehingga anjing itu lari terbirit-birit dan terus menggonggong dari jauh. Apakah jika orang ini tidak mengejar anjing yang menggonggong tersebut, maka orang ini dicap lemah dan dia yang salah?… yang namanya anjing ya kerjanya menggonggong.
Terserah kalau ada yang mau mendiamkan anjing itu, barangkali ada anak-anak yang nangis mendengar suaranya. Tapi kalau dia memiliki urusan yang lebih penting, bukankah semestinya dia mendahulukan urusannya? Karena sekedar gonggongan tidaklah membahayakan.
Penjelasan serta bantahan terhadap Ibnai Mar’i, ‘Ubaid ataupun Wushoby dan semisalnya telah banyak sekali, sejak bertahun-tahun yang lalu, silahkan buka arsip-arsip lama di aloloom.net. Tuduhan-tuduhan yang mereka lemparkan ke Syaikh Yahya Hafizhohulloh, barang lama lagi palsu, dan itu terus yang diulang-ulang. Menunjukkan kerasnya permusuhan mereka walau telah dijelaskan baik-baik. Masih banyak kerjaan Syaikh dari pada mengurus yang begituan.
Tapi mereka membawa bukti dan kita ikut yang membawa bukti.
Atas kaidah ini, maka konsekwensinya mereka harus menerima dengan lapang dada penghizbiyan terhadap Ibnai Mar’i, ‘Ubaid ataupun Wushoby. Karena Syaikh Yahya memvonis mereka dengan bukti-bukti.
Akan tetapi kaidah mereka ini sekedar dugaan, was-was dan falsafah. Mereka hanya mau menerapkannya pada musuh mereka. Padahal apa yang mereka lontarkan ke Syaikh Yahya hanyalah cacian dan makian atau tuduhan yang dibangun di atas rekayasa atau pemahaman yang dipaksa-paksakan, Syaikh Yahya telah membantah kedustaan yang mengatas-namakan dirinya. Rekaman pelajaran dan penelponan beliau terekam, bisa diperiksa dan mungkin sebagian ikhwah yang sudah pulang ke Indonesia membawa rekaman-rekaman itu.
Aneh, orang yang hidup di abad dua satu ini tidak bisa menerima adanya rekayasa rekaman suara. Bahkan ini bukan kali pertama, di fitnah-fitnah sebelumnya cara ini mereka pakai untuk menghantam Syaikh Yahya. [1]
Adapun ‘Abdurrohman, ‘Ubaid, Wushoby dan semisalnya, adakah mereka mengingkari perkataan yang disandarkan kepada mereka (kalau memang dusta) dan menyatakan, “Saya tidak pernah ngomong begini … begitu”, bahkan di kesempatan lain mereka mengulang-ulangnya, Adakah mereka mampu mengingkari kesalahan-kesalahan yang terbukti ada pada mereka?
Tapi Syaikh Robi’ mentazkiyyah mereka
Atas kaidah ini, maka konsekwensinya mereka jangan mencaci, dan menjelek-jelekkan Syaikh Yahya, karena Syaikh Robi’ juga mentazkiyyah Syaikh Yahya dan Markiz yang dibinanya, selepas Imam Al-Wadi’iy.
Padahal kaidah ini sendiri tidak benar bahwa jarh tidak mempan karena ada tazkiyyah.konsekwensinya ,jarh terhadap seseorang baru diterima kalau ulama lain sepakat tidak membela.
Akan tetapi kaum ini sekedar membangun opini di atas dugaan, was-was dan falsafah. Mereka hanya mau jadi salafy seenak perut mereka, lari dari kaidah-kaidah yang para ulama hadits berjalan di atasnya.
Masih banyak contoh lain yang anda temukan dan rasakan sendiri. Kita bawakan misal lagi yang dekat:
Dulu mereka sedikit-sedikit mengatakan ikut “ulama besar” … sekarang ketika Syaikh Robi’ memuji Syaikh Yahya dan Dammaj, apa jawabnya? Bukankah ketika itu arah kalimat “ulama besar” adalah Syaikh Robi’? Kenapa pujian beliau disimpan, apakah ulama kibar dipakai jika menguntungkan?[Sudah lewat pembahasan slogan “ulama kibar” dengan pemahaman batil yang mereka hembuskan, tak perlu kita perpanjang disini]
Apakah sebenarnya yang dikritik dari Ali Hasan Al-Halaby? Silahkan baca kritikan para ulama termasuk yang mereka sanjung semisal ‘Ubaid Al-Jabiry atau ‘Abdulloh Al-Bukhory, [point terbesar yang akan pembaca dapatkan bahwa dia Ali Hasan membuat kaidah-kaidah tamyi’iyyah, serta jatuh dalam masalah irja’], Bukankan hal itu juga anda temukan dalam kitab Ibanah-nya Al-Imam? Bahkan kaidah irja’ sendiri ada dalam kitab sesat itu? Kenapa kitab sesat itu malah dipelajari dan diagung-agungkan?
Tapi Syaikh Robi’ sudah membacanya …
Terlepas dari apakah Syaikh Robi’ Hafizhohulloh membacanya atau tidak, apakah sebuah kaidah dengan makna bahkan –sebagiannya- lafazh yang sama, bisa dihukumi bagus sekaligus dihukumi sesat? Sekarang Syaikh Robi’ sudah menyuruh agar kitab sesat itu dibatalkan, apa penjelasan yang bisa berikan?
Masalah yayasan, dahulu didengung-dengungkan bahwa ulama tak ribut kecuali Hajury, sekarang Syaikh Robi’ mengatakan bahwa yayasan dakwah adalah bid’ah dan taqlid kuffar, apakah ustadz-ustadz mereka bisa segera meninggalkan ataukah cari alasan lain?
Jika pembaca bisa memanfaatkan nalar dengan tenang dan bersikap objektif tentunya jawaban-jawaban atas pertanyaan di atas bukanlah sesuatu yang sulit. Karena akal yang sehat dan tujuan yang benar membantu sesorang untuk mengenal kebenaran. Syaikhul Islam Ibnul QoyyimRahimahulloh mengatakan: “Para penolong Alloh, rosul-Nya dan sunnah beliau telah mentadabburi perkara ini, mereka tidak mendapatkan –alhamdulillah- akal sehat yang menyelisihi dalil yang sah bahkan akan tersebut merupakan pelayan, teman dan saksi baik dalil. Mereka tidak menemukan bahwa akal menentang dalil kecuali dari akal yang paling rusak, paling lemah dan paling kuat penolakannya terhadap akal sehat dan bersih”. [Ash Showa’iqul Mursalah 2/679]
Jika didapatkan orang yang berakal namun dia menolak dalil dan menolak apa yang dicapai akal maka ketahuilah bahwa ada maksud yang tidak kurang pada dirinya, bisa jadi dari sisi pemahaman bisa jadi memang tujuan yang jelek. Karena itulah, tak usah digubris orang-orang yang semisal ini, yang hanya datang dengan “fulan berkata dan allan berkata” tapi lari dari Al-Kitab dan As-Sunnah serta kaidah-kaidah yang dipakai para ahli hadits yang sudah termaktub di kitab-kitab mereka.
Kalaulah mereka menginginkan kebenaran maka cukup bagi mereka membaca penjelasan dan membandingkannya dengan Al-Kitab dan As-Sunnah serta kaidah-kaidah yang ditempuh oleh para ulama hadits dalam masalah tersebut dari dahulu sampai sekarang. Kalau memang belum paham maka tugas mereka adalah mempelajari dalil dan apa-apa yang terkait dengan masalah yang sedang mereka hadapi sehingga tidak bertindak serampangan dan berkata tanpa dasar ilmu. Betul-betul ilmu, bukan prasangka.
Ketahuilah bahwa kaum itu hanyalah ingin berdebat dan menebarkan permusuhan, berusaha menebar keraguan dengan akal yang tidak bersih … falsafah!!!
Dari ‘Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha, bahwa Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللهِ الأَلَدُّ الخَصِمُ
“Sesungguhnya orang-orang yang paling dimurkai Alloh adalah Al-Aladdul Khosim”. (HR Al-Bukhory-Muslim)
Makna Al-Aladdul Khosim adalah orang yang sukar hatinya dan sangat keras perlawanannya. Apabila dibantah dengan dalil maka dia akan lari ke sisi lain. (lihat Syarh Ibnu Baththol 6/581, Syarh An-Nawawy 16/219)
Bisa saja caranya menyampaikan dengan kalimat yang enak, bahasa yang lembut, namun yang menjadi acuannya adalah keengganan untuk mengembalikan permasalahan kepada hujjah, maunya perasaan?! falsafah?! Alloh Ta’ala berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَام
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Alloh isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras”. (QS Al-Baqoroh 240)
Bukan maknanya menutup pintu dari menjelaskan hal ahlul batil karena hal itu disyari’atkan secara ijma’, sebagaimana dinukilkan Imam An-Nawawy Rahimahulloh. Akan tetapi yang ingin diutarakan disini adalah sekedar mengingatkan ikhwah agar jangan membuang waktu dengan para pendebat, cukup sampaikan hujjah, suruh mereka baca, karena orang seperti ini tak bakal berhenti –kecuali jika Alloh menghendaki-. Demikian juga semoga bisa mengingatkan korban-korban penipuan -Wallohu yahdiihim- yang menganggap falsafah adalah sebuah kebenaran, merasa lepas dari pertikaian namun justru jadi juru bicara pelaku kebatilan.
Berikut terjemahan nasehat Syaikh Yahya Al-Hajury Hafizhohulloh dari sesi tanya jawab sebelum pelajaran umum pada hari rabu 12 Shofar 1434, yang –seperti biasanya- direkam Tasjilat Da’wah
“… Barangsiapa yang menentang dakwah yang baik ini, dimana dia telah dididik padanya, namun melakukan perbuatan-perbuatan tersebut, baik dengan kedustaan, fitnah, keributan, desas-desus, atau perkara-perkara yang menyakitkan maka tunggulah balasan dari Alloh baginya, wallohi.
Diantara balasan yang besar adalah penyimpangan hati
فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللهُ قُلُوبَهُمْ وَاللهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Alloh memalingkan hati mereka dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”. (QS Ash-Shof 5)
Sungguh hartamu musnah dan engkau hidup sendiri, tanpa harta dan Alloh mengambil siapa yang dikehendaki-Nya dari keluargamu, maka hal itu lebih ringan bagimu dari pada musnahnya atau tersia-siakannya sebagian agamamu. Di dalam sebuah hadits:
وَإِذَا أَرَدْتَ بِعِبَادِكَ فِتْنَةً فَاقْبِضْنِي إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُون
“Apabila Engkau menginginkan fitnah bagi hamba-hamba-Mu maka wafatkanlah aku dalam keadaan tidak terfitnah” (HR Tirmidzi dan lainnya, hadits ini juga dishohihkan Imam Al-Albany, pent)
Di hadits yang lain dari Mahmud Labid, dari Rosulullloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam beliau berkata:
وَالْمَوْتُ خَيْرٌ لِلْمُؤْمِنِ مِنَ الْفِتْنَة
“Kematian lebih baik bagi seorang mukmin dari fitnah” (HR Ahmad dan lainnya, hadits ini juga dishohihkan Imam Al-Albany, pent)
Aku anjurkan kepada saudara-saudaraku pendengar, di sini ataupun di tempat lain waffaqohumulloh, untuk berusaha menambah kekokohan di atas kebaikan, serta menambah kesungguhan dalam ilmu yang bermanfaat, amalan sholih, dzikrulloh, dan memperbanyak do’a kepada-Nya. Sebagaimana Alloh ‘Azza wa Jalla mengatakan:
سَيَعْلَمُونَ غَدًا مَنِ الْكَذَّابُ الْأَشِرُ * إِنَّا مُرْسِلُو النَّاقَةِ فِتْنَةً لَهُمْ فَارْتَقِبْهُمْ وَاصْطَبِر
“Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya yang amat pendusta lagi sombong. Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, Maka tunggulah (tindakan) mereka dan bersabarlah”. (QS Al-Qomar 26-27)
Alloh mengatakan kepada nabi-Nya, tunggulah tindakan mereka dan bersabarlah kamu. Tunggulah mereka!! Engkau akan melihat bahwa orang yang bersikeras melawan kebenaran –kalau Alloh tidak menyusulkan tobat, rahmat dan keutamaan dari-Nya bagi mereka- akan terbongkar keadaannya, dalam perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan. Dia sendiri yang akan menjelaskan jati dirinya, tanpa perlu usaha, lelah dan capek. Alloh ‘Azza wa Jalla berkata kepada nabi-Nya:
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُم
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari kalangan rasul dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka”. (QS Al-Ahqof 35)
Kita, ketika mengatakan demikian, bukan bangga-banggaan dengan amalan-amalan kita, bukan senang dengan bencana yang menimpa orang yang melakukan permusuhan dan orang-orang yang dengki, akan tetapi karena kasihan melihat mereka.
Wallohi, dakwah tidak terkena bahaya. Tidak dari orang-orang yang hasad, orang-orang yang senang dengan kecelakaan kita, tidak juga orang-orang yang memerangi kita, tidak sniper, tidak juga pemilik mortir, walillahil hamd wal minnah.
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ
“Apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka dari Alloh-lah datangnya”. (QS An-Nahl 53)
Alloh meliputi nikmat-Nya dengan perlindungan dan penjagaan-Nya, tidak akan membahayakan seseorang kecuali tindak kejahatannya yang dia lakukan antara dia dan Robb-Nya dan antara dia dengan hamba-hamba yang sholih. Alloh Ta’ala berkata di kitab-Nya yang mulia:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sungguh akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS An-Nahl 97)
Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman:
وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا]
“Allah telah menjanjikan bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh di antara kalian bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap mengibadahi-Ku dengan tanpa mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku”. (QS An-Nuur 55)
Ini adalah janji-janji yang haq dan benar
وَلَنْ يُخْلِفَ اللهُ وَعْدَه
“Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya”. (QS Al-Hajj 47)
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Alloh sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS An-Anfal 53)
Nikmat tidak akan diubah dan tidak akan diganti kecuali dengan perubahan dari insan itu sendiri. Dan itulah sunnatulloh yang berjalan.
Nikmat yang paling besar yang mesti dijaga seorang mukmin adalah sunnah, Tidaklah berubah sunnah, kebaikan, dan petunjuk yang dia berjalan di atasnya serta ketaatannya kepada Alloh ‘Alla wa Jalla, (semua itu tidak akan berubah) gara-gara kedustaan atau omong kosong orang lain. Akan tetapi nikmat itu diubah apabila dia sendiri yang ingin mengubahnya. Jika dia mengubahnya maka Alloh akan mengubahnya akibat perbuatannya itu.
إِنَّ اللَهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِم
“Sesungguhnya Alloh tidak merubah keadaan sesuatu kaum sampai mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS Ar-Ro’d 11)
Yang aku maksudkan dengan semua ini waffaqokumulloh, adalah untuk terus menambah ketaatan kepada Alloh ‘Azza wa Jalla, ilmu, tauhid dan sunnah, kebaikan dan petunjuk. Tinggalkanlah mereka, orang-orang yang bisa saja pernah mendapatkan kebaikan namun kemudian mengingkarinya, pernah mendapatkan petunjuk kemudian pura-pura tidak mengenalnya, mengurai benang yang telah dijalinnya.
Mereka (yang mengingkari kebaikan) atau mereka (yang mencaci maki dengan lidah yang tajam) tunggu saja tindakan mereka dan bersabarlah. Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam hadits qudsy mengabarkan bahwa permusuhan terhadap para wali Alloh adalah perkara yang besar:
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ
“Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku (orang yang berilmu tentang Alloh, tekun menjalankan ketaatan kepada-Nya, dan mengikhlaskan peribatannya) maka Aku mengumumkan peperangan terhadapnya”. (HR Bukhory dari Abu Hurairoh)
Perkara yang penting adalah engkau menjadi penolong, engkau menolong Robb-mu dan meminta pertolongan dari-Nya ‘Azza wa Jalla
اللهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Adapun orang-orang yang kafir, maka pelindung-pelindung mereka ialah syaithon, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. (QS Al-Baqoroh 257)
Itu adalah sunnatulloh ‘Azza wa Jalla, bahwa akan muncul kesewenang-wenangan dari ahlul ahwa’ dan orang-orang yang dengki. Orang yang tidak diberi taufik dan hidayah kepada petunjuk, dan tidak ditenangkan hatinya dengan keridhoan, maka akan muncul gangguan darinya.
وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا
“Kami jadikan sebahagian kalian cobaan bagi sebahagian yang lain. Apakah kalian mau bersabar? dan adalah Robbmu Bashiir (Dzat Yang Maha melihat.)”. (QS Al-Furqon 20)
Para imam dalam agama ini telah dituduh dengan apa-apa yang telah kalian ketahui. Imam Ahmad dituduh dan dihalalkan darahnya. Ibnu Abi Du’ad mengatakan: “Bunuh dia dan aku yang kelak bertanggung jawab”. Malik disakiti, dipenjara dan dipukul, sementara mereka adalah para imam, demikian juga selainnya dari mereka dan mereka adalah para imam yang membawa petunjuk. Termasuk yang terakhir menjadi korban kesewenangan sebagian fuqoha yang hasad adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, mereka menyakitinya tanpa hujjah. Dahulu faqih tersebut, jika datang pertanyaan maka dia menjawab dari satu sisi, sementara Syaikhul Islam menjawabnya dari berbagai sisi, belasan sisi. Beliau menjelaskan belasan sisi tersebut sesuai dengan apa yang telah Alloh bukakan baginya. Maka orang-orang ini membuat keributan terhadapnya, kemudian akhirnya mereka mengakui keutamaannya walau setelah beliau meninggal -mereka mengakui ketika hidup atau setelah meninggal beliau- yaitu dari kalangan yang inshof (bersikap objektif) adapun yang tidakinshof … hilang.
Yang menjadi pelajaran dari hal ini, bahwasanya sebagaimana yang dijelaskan Alloh tentang orang yang membantu kebatilan, menyeru kepadanya atau berucap dengan perkataan batil dari kalangan musyrikin ataupun orang-orang yang mengekori jejak mereka:
لَنْ يَضُرُّوكُمْ إِلَّا أَذًى
“Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kalian, selain dari gangguan-gangguan celaan saja”. (QS Ali ‘Imron 111)
Tidak akan ada yang membahayakan seorang mukmin kecuali dosanya. Tidak akan ada yang membahayakan seorang mukmin di dunia dan akhirat kecuali kejahatannya.
وَالَّذِينَ كَسَبُوا السَّيِّئَاتِ جَزَاءُ سَيِّئَةٍ بِمِثْلِهَا وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ
“Orang-orang yang mengerjakan kejahatan mendapat balasan yang setimpal dan mereka akan ditutupi kehinaan”. (QS Yunus 27)
Sungguh seorang hamba diberi balasan (kejahatannya) dari sisi yang disangka bahwa dia akan diberi pertolongan, atau dia dipatahkan dari sisi yang disangka bahwa dia akan diberi pertolongan, dihinakan dari sisi yang dia sangka akan dimuliakan, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Selama hal itu tidak sesuai dengan dalil-dalil kitabulloh dan sunnah Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam maka apa-apa yang penting baginya akan terkena bala’.
Tidak akan terjaga dari kesalahan, kecuali pada Kitabulloh dan Sunnah Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dengan pemahaman yang benar yang datang dari Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dan para shohabat beliau.
وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Barangsiapa yang berpegang teguh kepada agama Alloh, maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus”. (QS Ali ‘Imron 101)
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُون
“Berpeganglah kalian semuanya kepada tali agama Allah, dan janganlah kalian bercerai berai. Ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu bermusuh-musuhan, maka Alloh mempersatukan hati-hati kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara. Dahulu kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Alloh menyelamatkan kalian dari padanya. Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk”. (QS Ali ‘Imron 103)
Ini adalah kalimat yang ringkas sebelum memulai pelajaran kita, aku menganjurkan diri sendiri dan para pendengar Hafizhohumulloh untuk tidak mempedulikan orang-orang yang membuat keributan atas nama dakwah salafiyyah, baik yang mengatakan dia dari hizbur Rosyaad atau hizbul ‘adeny, dari dulu dan nanti, tinggalkanlah.
Teruslah kalian di atas apa yang telah kalian jalani …
Ketahuilah bahwa pertolongan bersama kesabaran …
Ketahuilah bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala sesuatupun yang tersembunyi dari-Nya di langit ataupun di bumi …
[Selesai penukilan yang diinginkan, wabillahit taufiiq]
سبحانك اللهم وبحمدك، لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
Sumber: http://ahlussunnah.web.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar