Senin, 27 Oktober 2014

Wahai Saudariku Waspadalah Dengan Auratmu



Wahai Saudariku Waspadalah Dengan Auratmu





Tanya: Assalamu’alaikum…afwan mau tanya, apa saja batasan aurat sesama wanita muslimah?. 

(Pertanyaan dari Surabaya).

Jawab: Wa’alaikumussalam Warohmatulloh Wabarokatuh. Para ulama telah berbeda pendapat tentang masalah ini, Abu Zakariya Yahya An-Nawawiy Rohimahulloh menguatkan pendapat bahwa batasan aurat antara wanita dengan wanita adalah seperti laki-laki dengan laki-laki lainnya yaitu dari pusar sampai lutut.

Namun bukan berarti kemudian para wanita bebas menanggalkan pakaian mereka di hadapan para wanita, baik menampakan dada atau perut atau yang selain itu, karena perbuatan seperti ini sebab utama terjatuhnya kaum hawa ke dalam kenistaan dan kekejian sesama mereka, sebagaimana yang terjadi di asrama-asrama khusus putri, sekalipun dinamakan pondok pesantren putri. Nas’alulloha As-Salamah wal ‘Afiyah.

Bahkan terkadang mereka tidak menyadari ketika menanggalkan pakaian luar mereka, tiba-tiba ada dari teman nakal mereka memotretnya, bahkan terkadang pengurus dan pengasuh pondoknya melakukan perbuatan memotret ini, sebagaimana telah terjadi, seseorang ustadz sebagai pengasuh pondok putri, dia mengajari para santriwati di balik tirai (kain) pemisah, dan istrinya juga sebagai pengajar santriwati, ternyata istri ustadz selaku ustadzah adalah nakal, suka mencuri-curi gambar para santriwatinya dengan memotretnya secara diam-diam, begitu pula ustadznya suka mencuri-curi gambar teman-temannya yang masih bujang-bujang, dengan dipotret secara diam-diam, dan diketahui kenakalan ustadz yang menyimpang ini ketika ada salah seorang temannya meminjam HP-nya dengan maksud memfoto sesuatu gambar yang bukan makhluk bernyawa atau menggunakannya untuk yang selain itu, ternyata di dapatilah di dalam folder HP ustadz yang nakal tadi foto teman-temannya dan foto para wanita.

Maka masihkah para orang tua mau menyerahkan putri-putri mereka kepada orang-orang jahat seperti da’i-da’i tersebut:

كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya”. Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari Ibnu Umar dari Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Salam.

Dan Robb kita mengatakan:

يآ أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا

“Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka”.

Berpikirlah wahai para orang tua, berpikirlah wahai para wali, berpikirlah wahai para kakak terhadap adik-adiknya, ustadz dan ustadzah-nya saja sudah berbuat nakal seperti itu, lalu bagaimana dengan sesama mereka para santriwati?!.

Tidakkah anda wahai para santriwati khawatir dengan keadaanmu ketika sedang menanggalkan pakaian luarmu ternyata ada dari temanmu memfotomu secara diam-diam atau bercanda-canda memfotomu ternyata fotomu tersebut jatuh ke tangan orang-orang yang lebih nakal atau HP temanmu yang memfotomu itu jatuh dan ditemukan oleh orang yang lebih nakal hingga kemudian fotomu disejejerkan dengan para wanita liar di situs-situs porno, Na’udzubillah min dzalik.

Seseorang mengisahkan tentang teman sekolahnya, bahwa suatu ketika dia terfitnah dengan sebab melihat aurat wanita, nafsunya pun bergejolak, dia tidak kuat menahannya, diapun akhirnya membuka situs-situs porno, ternyata dia mendapati foto wanita bercadar berada di suatu tempat di sekitar pondok sedang membuka pakaiannya, hingga dia melihat sesuatu yang tidak sepantasnya dia lihat…. dan foto tersebut sesuai dengan catatan yang tertulis di situs porno tersebut diperoleh dari HP yang ditemukan di jalan, lalu yang menemukan mendapati gambar-gambar tersebut kemudian dia bluetooth-kan ke teman-temannya hingga tersebar ke dunia internet.

Ya Alloh tutupilah aurat dan aib-aib kami dan saudara-saudari kami yang membela syari’at-Mu, kasihanilah kami dan saudara-saudari kami, selamatkanlah kami dan mereka dari kejahatan orang-orang nakal”.

Maka hendaklah orang-orang yang membela pondok wanita bertaubat dan bertaqwa kepada Alloh dan hendaklah mereka malu, di depan orang yang mereka anggap sebagai syaikh atau juru hakim bisa mereka menipunya dan berdusta kepadanya bahwa pondok wanita mereka bebas penyimpangan atau kata mereka “setiap santri ada mahrom yang mengurusi urusannya”, lembaran shuluh (perdamaian) dengan saksi juru hakim di sebar namun ternyata….:

رب لو شئت أهلكتهم من قبل وإياي، أتهلكنا بما فعل السفهاء منا

“Wahai Robbku kalaulah Engkau menghendaki, tentulah Engkau telah membinasakan mereka dan aku dari sebelumnya, apakah Engkau akan membinasakan kami dengan sebab perbuatan orang-orang yang kurang akalnya di antara kami”.

Kemudian kami nasehatkan kepada saudari-saudari kami agar jangan bermodal semangat, ingin cepat pintar dan cerdas seperti ibu kita Aisyah Rodhiyallohu ‘anha, ketahuilah ilmu adalah di sisi Alloh dan Dia berikan kepada orang yang Dia ingin kebaikan kepadanya, betapa banyak saudari-saudari kita bersemangat ingin menjadi ustadzah, bertahun-tahun mereka berada di bawah pengawasan ustadz dan ustadzah namun kerendahan yang di dapat oleh mereka.

Pernah salah seorang kawan di Surabaya dia berkata: “Ketika ana sudah putus asa…., ana pun datang ke salah seorang ustadz di Surabaya, minta untuk dicarikan seorang akhwat, ana diberitau oleh ustadz tadi: “Ada seorang akhwat dari muridku, ia yang paling pintar”, ana kaget kok dia bisa tahu keadaan akhwat?!, setelah ana menikah tidak ana dapati seperti yang disebut oleh ustadz tadi, akhwat yang ana nikahi dan sekarang sudah menjadi istri ana, ana mendengar bacaan Al-Qur’annya saja masih salah-salah, (dan masih sangat butuh untuk diajari), membuatku tertawa dengan apa yang disebut oleh ustadz tersebut, istri ana saja seperti ini kekurangannya sudah dianggap yang paling pintarnya dari para santriwatinya, lalu bagaimana dengan yang lainnya yang lebih rendah darinya?!”.

Kalaulah seorang wanita benar-benar mencontoh salafiyyah sholihah, mengambil ilmu dengan cara yang syar’iy dan diridhoi, sebagaimana para shohabiyyah yang datang ke rumah Aisyah atau yang mengikuti ceramah Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Salam khusus para wanita, setelah itu mereka kembali ke rumah mereka masing-masing, atau mereka mencontoh Ummu ‘Isa Maryam Ash-Shiddiqoh yang terus berdiam diri di dalam rumahnya, dengan bimbingan dan pengawasan wali/mahromnya Zakariya’ ‘Alaihish Sholatu was Salam maka tentu mereka akan dijaga, aurat dan aib-aib mereka akan Alloh tutup, dan tidak seorang pun dari orang-orang nakal akan mencuri pandang dan mengambil gambar mereka, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Salam berkata:

احفظ الله يحفظك

“Jagalah Alloh maka Dia akan menjagamu”.

Wajib bagi kami dan saudara-saudari kami untuk mematuhi syari’at Alloh Ta’ala dan berpegang teguh kepada agama-Nya, Abu Ahmad Al-Limboriy ‘Afallohu ‘anhu mengatakan:

وجدت التمسك بكتاب الله وسنة رسول الله عليه الصلاة والسلام على فهم السلف الصالح سالما من كل فتنة وخالصا من كل عيب

“Aku mendapati berpegang teguh kepada kitab Alloh dan sunnah Rosulillah ‘Alaihish Sholatu was Salam di atas pemahaman salafush sholih adalah keselamatan dari setiap fitnah dan pembersihan dari setiap aib”.

Dan hendaklah orang-orang yang membolehkan memfoto makhluk bernyawa untuk bertaubat dan bertaqwa kepada Alloh Ta’ala, tidakkah mereka takut foto-foto mereka disejajarkan dengan foto-foto porno?, dengan kecanggihan alat foto dan media komputer yang bersarana lengkap sekarang ini, seseorang bisa mengambil kepala dari foto ustadz berjenggot lalu ditempelkan/disambung ke badan bugil dari pria fasiq, atau kepala wanita berjilbab lalu di sambung foto kepalanya ke wanita bugil pezina. Berapa banyak orang menceraikan istri mereka karena sebab penipuan seperti ini, maka hendaklah bagi setiap muslim bertaubat dan bertaqwa serta menjauhi perbuatan memfoto-foto makhluk bernyawa.

Dijawab oleh:

Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy ‘Afallohu ‘anhu (28 Dzulhijjah 1435).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar